HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR–Pakar politik Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto mengatakan visi misi kandidat terhadap kelompok marginal memang terlihat. Hampir semua program yang ditawarkan berkaitan dengan masyarakat bawah.
Para kontestan tampil seolah-olah mengayomi semua level ekonomi dan sosial pemilih. Secara politik elektorat, semua kandidat mengeklaim berpihak bagi masyarakat marginal, baik termiskin, terluar, dan tertinggal (3 T). Ali membagi rangkaian pesta demokrasi menjadi politik elektorat dan politik kebijakan.
“Mereka memang kelompok marginal, tapi saat bersamaan juga kelompok suara. Dalam konteks elektorat, semua kepentingan diakomodasi,” katanya.
Tak heran, semua kelompok didekati saat hendak pemilihan. Semua aspirasi diterima. Kandidat merasa paling peduli terhadap semua golongan. Bahkan ada yang awalnya alergi penari, tiba-tiba menyawer penari. Begitu terpilih, berlakulah politik kebijakan.
“Yang diperhatikan masyarakat marginal: miskin, bodoh, sakit-sakitan. Nanti kalau sudah terpilih, baru menyentuh kelompok kritis. Kenapa? Karena kelompok menengah ini kritis,” kata Ali.
Selama ini, survei juga lebih banyak mengukur struktur pemilih piramida bawah alias pemilih emosional. Sebab, pemilih rasional berupa swing voters dan undecided voters, angkanya selalu kecil.
“Yang besar adalah pemilih emosional,” katanya. Makanya, pendekatan janji-janji politik banyak menyasar pemilih emosional. Sangat jarang ada tim yang berani mendatangi kelompok menengah (kritis) untuk menyampaikan janji-janji politik.