Tahun 2017, Elsa mengajak beberapa tetangganya untuk bergabung. Bersama-sama, mereka membentuk kelompok usaha bernama Rumah Anyamandiri. Nama itu dipilih sebagai simbol kemandirian yang mereka cita-citakan.
Di awal, kelompok ini hanya memiliki alat-alat seadanya. Mereka menggunakan pelepah eceng gondok yang dikumpulkan dari rawa sekitar, kemudian dijemur di halaman rumah Elsa. Dengan penuh kesabaran, mereka mulai menghasilkan berbagai produk seperti tas, tikar, dan keranjang.
Tahun 2019 menjadi momen penting bagi Rumah Anyamandiri. Kelompok ini bergabung dengan program Klasterkuhidupku dari Bank BRI. Melalui program ini, Elsa dan anggotanya mendapatkan pendampingan intensif, pelatihan, dan bantuan permodalan.
“BRI memberikan kami banyak peluang. Mereka membantu kami memahami cara memasarkan produk, meningkatkan kualitas, bahkan merenovasi galeri kami,” kata Elsa dengan penuh rasa syukur.
Berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, produk Elsa mulai dikenal luas. Beberapa hotel di Makassar memesan produk mereka untuk kebutuhan dekorasi dan hampers. Bahkan, sampel produk Rumah Anyamandiri telah dikirim ke berbagai negara seperti Finlandia, Vietnam, Malaysia, hingga Afrika Selatan.
Meski demikian, Elsa menyadari bahwa perjalanannya masih panjang. Di pasar internasional, produk serupa dari negara lain seperti Thailand memiliki kualitas yang lebih baik karena dibuat dengan mesin.
“Kami masih mengandalkan tenaga manual. Tapi saya yakin, jika diberi kesempatan belajar, kami bisa bersaing,” ujarnya penuh harapan.