Ciputra Kasih juga memberikan perhatian khusus pada literasi finansial sebagai bagian dari kurikulum. Anak-anak diajarkan untuk membedakan kebutuhan dan keinginan sejak kelas 1 SD. Dalam kegiatan ini, mereka diberi simulasi seperti belanja di minimarket dengan uang yang terbatas, sehingga harus memprioritaskan kebutuhan.
“Pada tahap selanjutnya, siswa belajar menabung di kelas 2, kemudian di kelas 3 dan 4 mereka mulai memikirkan cara menghasilkan uang dari karya mereka. Namun, inti dari pembelajaran ini adalah berbagi. Kami ingin mereka mengerti bahwa uang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bisa membawa manfaat bagi orang lain,” terang Esti.
Di tingkat SMP dan SMA, siswa diarahkan untuk merancang bisnis berbasis minat dan bakat mereka. Mereka diajarkan menyusun model bisnis, mempresentasikan ide mereka, hingga memahami bagaimana bisnis tersebut dapat menghasilkan pendapatan.
Sekolah Ciputra Kasih di Makassar saat ini memiliki 137 siswa yang terbagi dalam jenjang SD, SMP, dan SMA. Walaupun baru dibuka pada Juli 2024, sekolah ini berhasil menyediakan tenaga pengajar yang memadai di semua bidang.
“Kami memastikan tidak ada jam kosong. Semua mata pelajaran diajarkan oleh guru yang kompeten, didukung oleh tim pusat Yayasan yang secara rutin memberikan pelatihan kepada para guru,” ujar Esti.
Selain itu, Sekolah Ciputra Kasih telah resmi terdaftar di data pokok pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan, sehingga operasional sekolah berjalan sesuai dengan regulasi.
“Kami ingin memastikan kualitas pendidikan di Makassar setara dengan sekolah-sekolah kami di Jakarta dan Surabaya. Setiap minggu, tim kurikulum pusat mengadakan diskusi dengan guru-guru di semua lokasi untuk menyamakan kualitas pembelajaran,” tutup Esti.