“Awalnya, ikut proses kurasi, kemudian terpilih dari kementerian perdagangan untuk mengikuti kelas ekspor dan akhirnya terpilih untuk melakukan bisnis matching. Nah di bisnis matching inilah kami dipertemukan dengan para buyer,” jelasnya.
Ia mengaku negara pertama yang melirik sambalnya adalah Taiwan. Produk pertama yang diekspor adalah sambal tuna. Selanjutnya, Mak Judess menjangkau Nigeria, Australia, Egypt, Mesir, Arab Saudi dan HongKong dengan berbagai varian produk
“Ada buyer yang ketemu kita di pameran, ada juga pertemukan dari misi dagang, ada juga yang bisnis matching langsung yang difasilitasi oleh instansi dan BUMN misalnya, perbankan,”jelasnya.
Rata-rata, kata dia, buyer dari luar negeri yang mengambil produk Mak Judess merupakan distributor. Mereka jual lagi kembali ke pasar-pasar retail di negaranya. Kebanyakan dipasok ke toko-toko asia.
Kemasan Menyesuaikan Permintaan Pasar
Tak hanya kualitas dan rasa yang harus terjaga tetapi juga daya simpan, higienitas hingga kemasan juga harus diperhatikan. Kemasan yang menarik dan memenuhi standar pasar juga salah satu daya tarik sebuah produk.
Sri Wahyuni menuturkan, Mak Judess hadir dalam bentuk kemasan plastik, botol, kaleng, dan sebagainya. Setiap toko, punya permintaan berbeda. Di toko A misalnya varian sambal menggunakan kemasan botol, bisa jadi di toko B menggunakan kaleng, PET can dengan varian produk yang sama.
Begitupun juga dengan negara tujuan ekspor. Ia mencontohkan, di Kairo (Mesir) sambal Mak Judess hadir dengan kemasan botol plastik. Berbeda di Saudi, di sana buyer minta kemasan botol kaca.