FAJAR, MAKASSAR– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) menorehkan prestasi membanggakan sebagai kantor regional yang paling gencar melaksanakan edukasi literasi keuangan di Indonesia. Sejak Januari hingga Oktober 2024, OJK Sulselbar telah menggelar 1.762 kegiatan edukasi, menjangkau sebanyak 186.585 peserta dari berbagai lapisan masyarakat. Pencapaian ini menempatkan OJK Sulselbar di peringkat pertama secara nasional, disusul OJK Bali dengan 889 kegiatan.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari komitmen dan sinergi yang kuat antara pemerintah, industri jasa keuangan, dan masyarakat. “Kami terus melakukan kegiatan edukasi keuangan secara masif dan kolaboratif. Total pencapaian ini adalah hasil kerja keras bersama, dan kami berkomitmen untuk terus melanjutkan kegiatan ini hingga akhir tahun,” ujar Darwisman, Rabu, 19 November.
Dalam pelaksanaan edukasi literasi keuangan, OJK Sulselbar mengacu pada arahan pusat dengan menetapkan sepuluh kelompok sasaran prioritas. Kelompok tersebut mencakup perempuan, karyawan, pelajar atau mahasiswa, komunitas, UMKM, tenaga kerja Indonesia (TKI), penyandang disabilitas, masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), petani dan nelayan, serta profesi lainnya.
“Saat ini, kami memprioritaskan kelompok masyarakat yang selama ini belum tersentuh, seperti masyarakat di wilayah 3T dan penyandang disabilitas. Edukasi kepada mereka membutuhkan pendekatan yang lebih intensif dan inovatif,” ucapnya.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) menunjukkan bahwa per Oktober 2024, indeks literasi keuangan nasional telah mencapai 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan berada di angka 75,02%. Meski mengalami peningkatan, angka tersebut masih menyisakan tantangan besar untuk mencapai target nasional sebesar 98% pada tahun 2045.
Darwisman menegaskan, edukasi literasi keuangan merupakan kunci untuk mendorong pemahaman masyarakat dalam mengelola keuangan mereka, sekaligus mengurangi risiko terhadap praktik keuangan ilegal seperti investasi bodong dan judi online. “Kami akan terus memperkuat literasi keuangan agar masyarakat tidak hanya mengenal, tetapi juga mampu memanfaatkan produk dan layanan keuangan formal secara optimal,” tambahnya.
Sebagai bagian dari strategi nasional, OJK Sulselbar juga menggalang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk sektor jasa keuangan, pemerintah daerah, dan komunitas. Program-program literasi dan inklusi keuangan yang dilaksanakan mencakup pelatihan keuangan dasar, pengenalan investasi aman, hingga kampanye cerdas keuangan melalui media sosial.
“Langkah ini sejalan dengan visi Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) yang bertujuan mempercepat peningkatan literasi dan inklusi keuangan secara masif dan merata di seluruh Indonesia,” tutur Darwisman.
Dengan pencapaian ini, OJK Sulselbar berharap dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi kantor OJK lainnya untuk terus memperkuat edukasi keuangan, sehingga tercipta masyarakat yang semakin cerdas dalam mengelola keuangannya, sekaligus berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (edo)