“Kita kekurangan tenaga kesehatan dan secara kesehatan kita tidak mandiri, bahkan tidak memiliki kemandirian dalam produksi vaksin,” ujar perempuan yang akrab disapa Nini ini.
Ia juga menyoroti kelebihan Indonesia dalam memiliki fasilitas kesehatan hingga ke tingkat puskesmas, yang memberikan dasar kemandirian dalam pelayanan kesehatan. Hanya saja, tenaga kesehatan di Indonesia belum merata, terutama dokter spesialis.
Ia juga menyampaikan sejumlah kebijakan dan harapan di era Presiden Prabowo. Salah satunya mendukung setiap rumah sakit daerah agar bisa melakukan operasi jantung dan penanganan kemoterapi. Pemerintah juga akan menyediakan beasiswa kedokteran melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.
Selain itu, Nini memaparkan 10 poin penting dalam UU Kesehatan, yang mencakup aspek pencegahan, akses layanan, industri kesehatan nasional, dan kesiapan bencana. Ia juga menyinggung masalah sosial dalam dunia kesehatan, seperti kasus bullying di kalangan spesialis penyakit dalam, yang menurut survei memiliki angka kejadian bullying tertinggi.
Dengan adanya kuliah tamu ini, diharapkan peserta mendapatkan pemahaman mendalam terkait kebijakan kesehatan di Indonesia dan bisa turut berkontribusi dalam pembangunan sektor kesehatan yang berkelanjutan.(*)