Terapi komplementer ini berupa terapi pijat yangdilakukan dengan teknik pemijatan meluncur, memijat, mengetuk, gesekan, menarik, memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu pada bagian tertentu.
Pijat tuina merupakan teknik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan.
“Pijat tuina yang rutin dilakukan oleh orang tua dapat menjadi stimulasi yang dapat berdampak meningkatkan nafsu makan pada anak balita. Sehingga berat badan akan meningkat dan orang tua tidak merasa khawatir terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya,” ucapnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat khususnya yang memiliki balita dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sehingga upaya ini dapat menjadi alternatif mencegah dan mengatasi terjadinya peningkatan jumlah balita stunting khususnya di Desa Romangloe Kabupaten Gowa.
Metode dalam pelaksanaan kegiatan ini berupa pre-test, penyampaian materi tentang stunting, demonstrasi pijat tuina, diskusi dan selanjutnya dilakukan kegiatan post-test.
Kegiatan ini dinilai sangat bermanfaat oleh pemerintah setempat, bidan dan kader karena edukasi dan pelatihan terapi komplementer tuina, kader kesehatan dapat menjadi penyambung informasi kepada masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya pencegahan stunting.
Dalam kesempatan pengabdian ini juga Andi Tenri Abeng, dan tim membagikan buku saku “Pijat Tuina Sebagai Upaya Alternatif Pencegahan Stunting” kepada seluruh peserta yang hadir dan juga kepada kader kesehatan. (wis)