English English Indonesian Indonesian
oleh

Cerdas Menghadapi Klaim Skincare Berlebihan

Oleh: Mohamad Kashuri
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

Dalam beberapa tahun terakhir, industri skincare mengalami lonjakan popularitas luar biasa di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penjualan produk skincare meningkat hingga 30% dalam tiga tahun terakhir, mencerminkan tingginya minat konsumen terhadap perawatan kulit. Sayangnya, tren ini dibarengi dengan fenomena yang meresahkan, banyak produk skincare muncul dengan klaim bombastis yang sulit dibuktikan. Dari janji menghilangkan jerawat, memutihkan kulit, hingga mengurangi kerutan dalam waktu singkat, klaim-klaim ini sering kali hanya janji tanpa bukti ilmiah yang kuat. Inilah yang disebut sebagai overclaim.

Banyak produk skincare yang mengklaim efek instan, padahal hasil signifikan pada kulit biasanya memerlukan waktu dan penggunaan konsisten. Dermatolog menjelaskan bahwa kulit adalah organ yang beregenerasi dalam siklus tertentu, sehingga membutuhkan waktu bagi bahan aktif dalam skincare untuk bekerja secara efektif. Artinya, klaim yang menjanjikan hasil dalam hitungan hari atau minggu sering kali patut dipertanyakan. Misalnya, sebuah produk mungkin mencantumkan kandungan bahan aktif hingga 10%, padahal hasil pengujian menunjukkan kadarnya hanya 2%. Selain merugikan konsumen secara finansial, overclaim sering menimbulkan rasa kecewa ketika produk yang diharapkan tidak sesuai klaim.

Ahli farmakologi mengingatkan konsumen untuk lebih berhati-hati terhadap produk yang tidak jelas sumbernya. Overclaim sering kali didorong oleh tren pemasaran yang membesar-besarkan manfaat bahan aktif tanpa memperhitungkan aspek ilmiah atau uji klinis yang memadai. Bahan-bahan aktif dalam produk skincare perlu diukur dalam kadar yang sesuai dan digunakan dengan panduan ahli, agar aman dan efektif bagi konsumen. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya konsumen memiliki kesadaran dan literasi yang memadai dalam memilih produk skincare yang benar-benar efektif.

Untuk melindungi diri dari jebakan overclaim, konsumen perlu memeriksa sumber informasi yang kredibelmisalnya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) daripada produk yang hanya mengandalkan testimoni selebriti atau influencer. Melibatkan ahli perawatan kulit juga merupakan langkah bijak. Dermatolog atau ahli kulit dapat memberikan rekomendasi berdasarkan analisis kondisi kulit individu, sehingga konsumen tidak mudah tergoda oleh janji-janji yang tidak realistis. Dengan konsultasi ini, konsumen bisa lebih memahami kebutuhan kulit mereka dan menghindari risiko ketidakcocokan produk. Penting juga untuk memahami bahwa kulit membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan produk baru, dan hasil signifikan mungkin baru terlihat setelah beberapa minggu atau bahkan bulan penggunaan.

Pemahaman terhadap komposisi produk adalah langkah lain yang dapat membantu konsumen memilih produk dengan bijaksana. Banyak produk mencantumkan klaim menarik, tetapi tidak semua bahan aktif yang dikandungnya benar-benar efektif atau cocok untuk semua jenis kulit. Konsumen perlu mengenali bahan-bahan umum dalam produk skincare, seperti asam hialuronat untuk hidrasi atau niacinamide untuk memperbaiki tekstur kulit. Namun, tidak semua bahan cocok untuk semua orang. Kulit sensitif, misalnya, mungkin akan bereaksi negatif terhadap produk dengan kandungan asam yang tinggi. Dengan memahami komposisi produk, konsumen dapat menghindari bahan-bahan yang mungkin menyebabkan iritasi atau reaksi negatif pada kulit mereka.

Selain produk skincare, gaya hidup sehat juga memainkan peran penting dalam kesehatan kulit. Pola makan yang seimbang, tidur cukup, dan manajemen stres memberikan dampak signifikan pada penampilan kulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor internal seperti pola makan dan kualitas tidur berperan besar dalam menjaga kulit sehat. Konsumen yang hanya mengandalkan produk skincare tanpa memperhatikan gaya hidup mungkin tidak akan mendapatkan hasil maksimal. Kulit adalah cerminan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, sehingga merawatnya memerlukan pendekatan yang holistik.

Namun, tanggung jawab mencegah overclaim tidak hanya ada di tangan konsumen. Industri skincare juga memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan informasi yang jujur dan transparan. Perusahaan perlu berhenti menggunakan klaim berlebihan dan lebih fokus pada penyampaian informasi yang akurat tentang produk mereka. Konsumen akan lebih percaya pada perusahaan yang terbuka dalam membagikan hasil uji klinis atau penelitian daripada perusahaan yang hanya mengandalkan iklan bombastis. BPOMberperan memastikan produk skincare yang beredar di pasar memenuhi standar keamanan dan mutu, apabila diditemukan pelanggaran makaindustri akan diberi sanksimulai dari pencabutan izin edar hingga perintah penarikan produk. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan konsumen dan menciptakan iklim usaha yang sehat di industri kosmetik.

Bagi konsumen yang ingin lebih bijak, bergabung dengan komunitas skincare bisa menjadi solusi. Di komunitas ini, konsumen dapat saling bertukar informasi dan pengalaman tentang produk yang telah dicoba, serta berbagi rekomendasi. Dengan cara ini, mereka bisa lebih bijak dalam memilih produk dan terhindar dari klaim yang tidak realistis. Konsumen juga memiliki hak untuk melaporkan produk yang tidak sesuai klaim. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia memberikan hak kepada konsumen untuk melapor jika merasa dirugikan oleh produk yang dibeli. Keluhan dapat disampaikan kepada BPOM untuk menindaklanjuti kasus-kasus pelanggaran yang merugikan konsumen.

Overclaim dalam skincare adalah masalah yang kompleks, tetapi konsumen memiliki kekuatan untuk melindungi diri mereka sendiri. Dengan menjadi konsumen yang cerdas dan kritis, serta memahami hak-hak mereka sebagai pembeli, konsumen dapat menghindari jebakan janji manis tanpa bukti. Akhirnya, edukasi konsumen, transparansi industri, dan regulasi ketat adalah kunci untuk menciptakan industri skincare yang sehat, etis, dan transparan. Dengan pendekatan yang bijaksana, konsumen tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga turut membangun ekosistem industri skincare yang lebih baik bagi semua. (*)

News Feed