Namun, secara bulanan, penjualan eceran di September mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen mtm. Hal ini berbanding terbalik dengan Agustus 2024 yang justru mengalami pertumbuhan 1,7 persen mtm. Penurunan penjualan terjadi pada beberapa kategori, seperti subkelompok sandang, kelompok perlengkapan rumah tangga, dan makanan, minuman, serta tembakau. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya permintaan setelah berakhirnya program-program diskon dalam rangka Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang sebelumnya meningkatkan minat belanja masyarakat.
Selain peningkatan penjualan, BI juga memperkirakan tekanan inflasi yang lebih tinggi pada akhir tahun dan di awal tahun depan. Berdasarkan survei, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2024 dan Maret 2025 masing-masing diprediksi mencapai 152,6 dan 169,4. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 134,3 untuk Desember 2024 dan 155,9 untuk Maret 2025.
Denny menambahkan bahwa peningkatan indeks harga tersebut dipengaruhi oleh peningkatan permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru pada Desember 2024, serta menyambut bulan Ramadan yang jatuh pada Maret 2025. “Kenaikan ini diperkirakan terjadi sejalan dengan tren konsumsi masyarakat yang meningkat selama periode tersebut,” imbuhnya.
Hasil survei ini mengindikasikan prospek yang cukup positif bagi ekonomi nasional. BI menilai bahwa peningkatan permintaan di sektor eceran menjadi sinyal akan pertumbuhan daya beli masyarakat, yang didorong oleh stabilitas ekonomi dan faktor musiman. Namun, BI juga mengingatkan pentingnya pemantauan terhadap inflasi agar tetap terkendali, sehingga peningkatan harga tidak terlalu membebani masyarakat.