Rata-rata mereka menggunakan sumur sebagai sumber air bersih. Ironisnya, ada beberapa rumah tangga yang lokasi sumur dan tangki pembuangan tinja hanya berkisar 4 meter saja. Padahal, jarak aman minimal 10 meter. Tak hanya itu, dominan warga tak pernah melakukan penyedotan tinja selama berpuluh-puluh tahun. Biaya salah satu faktor kendala.
Sekadar diketahui, untuk kategori rumah tangga biaya penyedotan tinja berkisar Rp325 ribu, beda lagi rumah kost-an, perhotelan, dan perusahaan.
Seorang warga bernama, Halmawanti menuturkan sejak dirinya kecil hingga saat ini, tangki pembuangan tinja di rumah orang tuanya tersebut tidak pernah disedot. Perempuan berumur kepala lima ini mengaku selama ini baik-baik saja.
Tidak pernah mengalami buntu atau kebocoran dari bak maupun toilet di rumah mereka. Bahkan, ia mengaku air sumur yang dikonsumsinya selama ini juga masih baik-baik saja. Tidak ada indikasi perubahan warna ataupun mengalami bau.
Dari penuturan perempuan yang berjualan di depan rumahnya ini, bisa dipastikan jika masih menggunakan cubluk dan tak kedap air. Kemudian, jika menggunakan tangki septik yang kedap, maka tiap 3-5 tahun harus disedot. Kalau tidak, maka rawan meledak dan rentan mengalami kebocoran.
“Jangan-mi disedot. Nanti bikin masalah baru lagi. Bagus-mi begini, karena selama ini tidak pernah-ji ada masalah,” ujarnya.
Meski demikian, ia mengaku tetap setuju jika warga di sekitar lorongnya tersebut sepakat dibuatkan IPAL Komunal. Warga lain, Wahyuddin mengatakan, rata-rata warga di lorong tersebut tidak pernah ada yang melakukan penyedotan tinja.