“Jangka panjangnya adalah bagaimana teman-teman ini kemudian bisa teredukasi melakukan upaya melawan stigma dan diskriminasi bagi disabilitas, OYPMK dan juga kelompok marginal. Selanjutnya bisa menjadi bagian bagian dari perjuangan untuk mewujudkan Bontomangiring yang inklusi,” harapnya.
Ketua KDD Maju Jaya, Ruslan berharap dengan adanya sekertariat, pihaknya bisa lebih kompak untuk sama-sama mengembangkan kelompoknya. Terutama lebih semangata untuk belajar berkebun dengan konsep ramah lingkungan karena sekertariat ini dibangun di areal kebun inklusi yang dikelola secara kolektif oleh KDD Maju Jaya.
“Itu kadang-kadang tidak kompak, jadi semoga bisa lebih kompak. Kita juga ingin belajar bertani karena rata-rata kami di kelompok itu memang petani. Juga kita bisa belajar semuanya biar bisa bantu orang disabilitas dan OYPMK di desa ini dan di desa tetangga,” katanya.
Pemateri dari Young Ambassador Agriculture, Andi Reski Anggraini mengatakan, sosialisasi pangan lokal penting untuk dilaksanakan di level desa mengingat semakin banyaknya produk hasil pertanian dari luar membuat minat konsumsi terhadap pangan lokal menurun. Padahal pangan lokal yang telah lama diproduksi, tumbuh bersama kita itu lebih cocok dan sehat untuk dikonsumsi. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula.
“Contoh bahan baku lokal yang dapat diubah menjadi olahan pangan lokal seperti ubi, jagung, pisang, nenas, keladi, dan lainnya. Pemanfaatannya bisa beragam diolah dengan gula aren ataupun kelapa,” katanya. (*)