“Untuk media daring, termasuk media sosial, tingkat kepercayaannya masih paling rendah,” jelas Suhendro.
Lebih lanjut, Suhendro mengungkapkan bahwa data dari Dewan Pers turut mendukung hasil riset INMA. Berdasarkan laporan Dewan Pers, sebanyak 97 persen dari komplain yang masuk terkait pemberitaan berasal dari media daring. Fakta ini menggarisbawahi bahwa media daring masih menghadapi tantangan besar terkait kepercayaan publik.
“Data ini menandakan bahwa media cetak masih sangat dipercaya oleh masyarakat. Tantangannya kini adalah bagaimana mempertahankan kepercayaan tersebut di tengah persaingan dengan media daring dan platform digital lainnya,” lanjutnya.
Meski media cetak masih memiliki kepercayaan tinggi, Suhendro menekankan bahwa industri ini tidak boleh lengah. Media cetak perlu memanfaatkan teknologi informasi untuk tetap relevan dan mampu memenuhi kebutuhan pembaca modern. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah kecerdasan buatan (AI), yang saat ini berkembang pesat dan berpotensi membantu media cetak beradaptasi lebih baik dalam hal penyampaian informasi.
“Media cetak harus kreatif dalam memanfaatkan teknologi informasi seperti AI agar tetap bisa eksis di era ini,” ulasnya.
Menurutnya, AI dapat digunakan untuk menyaring informasi yang relevan, mempersonalisasi konten bagi pembaca, serta membantu mempercepat proses produksi berita. Dengan begitu, media cetak dapat terus menghadirkan informasi yang kredibel dan tetap menarik bagi pembaca.
Meskipun dihadapkan pada banyak tantangan, media cetak juga memiliki peluang untuk berkembang. Di era di mana informasi cepat menyebar namun tidak selalu akurat, media cetak bisa memposisikan diri sebagai sumber informasi yang kredibel dan dapat diandalkan.