Aspek menarik dari sejarah wisata ini tidak hanya terletak pada ceritanya. Terdapat juga beberapa ‘prasasti’ yang dapat ditemukan di lokasi tersebut. Saat Arung Palakka merasakan puncak kemarahannya, ia menunjukkan kekuatan sebagai raja dengan mencakar (makkarebbe), menghentakkan tumitnya (mattuddu), dan bersumpah (mattanro) untuk membebaskan rakyatnya. Selanjutnya, sumpah Arung Palakka untuk membebaskan rakyatnya dari penindasan diwakili oleh simpul (singkeru’), karena dalam tradisi Bugis, kesungguhan sebuah sumpah sering dilambangkan dengan simpul mati. Oleh karena itu, prasasti ini dikenal sebagai assingkerukeng.
Tiga prasasti tersebut terletak di: pertama, bekas cakaran yang terletak di batu dinding goa sebelah kiri sebelum mencapai sumur; kedua, jejak kaki yang berukuran melebihi ukuran kaki manusia, yang merupakan jejak kaki Arung Palakka; dan ketiga, simpul (assingkerukeng) yang ditemukan di sebuah goa dekat pantai, uniknya, batu yang disebut sebagai assingkerukeng ini memiliki bentuk yang berbeda dari batu lainnya, seperti yang diungkapkan Nurfatiha, seorang warga lokal.
Wisata Cempalagi ini terkenal dengan keindahan alamnya, termasuk keberadaan Goa Mimpi. Di dalam goa tersebut terdapat tempat tidur, orang menyusui (gendong bayi), buaya, mushola, dan sawah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin merasakan sensasi petualangan dan misteri. Goa ini menyimpan cerita rakyat dan legenda yang menarik. Salah satu cerita yang beredar adalah bahwa Goa Mimpi diyakini sebagai tempat bersemayamnya roh-roh leluhur atau tempat untuk melakukan ritual tertentu. Hal ini menjadikan Goa Mimpi sebagai tempat yang sakral dan dihormati oleh masyarakat sekitar.