Oleh: Taruna Ikrar
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Industri kosmetik di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di tengah meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya produk yang aman dan berkelanjutan.
Industri kosmetik Indonesia pada tahun 2023 berjumlah 1.073 dan pada Tahun 2024 meningkat menjadi 1.218 (1026 diantaranya adalah UMKM). Berdasarkan data dari Euromonitor International, pasar kosmetik di Indonesia tumbuh dengan pesat, mencapai nilai USD 6 miliar pada tahun 2022, dan diproyeksikan akan terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat serta gaya hidup yang semakin berorientasi pada produk-produk kecantikan dan perawatan diri.
Namun, di balik potensi yang besar ini, industri kosmetik Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama terkait ketergantungan pada bahan baku impor. Saat ini, sekitar 90% bahan baku untuk produk kosmetik di Indonesia masih berasal dari luar negeri, khususnya dari negara-negara seperti China, India, dan beberapa negara di Eropa. Ketergantungan ini bukan hanya membatasi pertumbuhan industri, tetapi juga menempatkan Indonesia pada posisi yang rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan rantai pasok global. Dalam konteks inilah, inovasi menjadi kunci untuk mengubah tantangan ini menjadi peluang.
Salah satu langkah strategis untuk mendukung visi Bapak Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong kemandirian ekonomi adalah dengan mengembangkan kosmetik berbasis bahan alam lokal. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, dengan sekitar 30.000 spesies tanaman, dan 7.000 di antaranya diketahui memiliki khasiat obat dan kecantikan . Namun, potensi besar ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Inovasi pertama yang perlu dilakukan adalah memperkuat riset dan pengembangan terhadap bahan baku lokal. Pemerintah dapat mendirikan Natural Product Research Hub yang berkolaborasi dengan universitas dan institusi penelitian. Hub ini berfungsi sebagai pusat riset untuk mengeksplorasi potensi tanaman-tanaman lokal sebagai bahan dasar kosmetik yang aman, efektif, dan berkelanjutan. Sebagai contoh, tanaman seperti kenanga, kunyit, dan bunga melati bisa dieksplorasi lebih lanjut untuk menghasilkan produk kecantikan yang kompetitif di pasar global.
Teknologi hijau harus menjadi pilar kedua dalam membangun industri kosmetik yang berkelanjutan. Data dari OECD Environmental Outlook to 2050 menunjukkan bahwa industri yang ramah lingkungan tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya saing di pasar global, yang semakin berorientasi pada produk-produk berkelanjutan .
Teknologi seperti ekstraksi supercritical CO2 dan penggunaan energi terbarukan dalam proses produksi bisa diterapkan di industri kosmetik Indonesia. Ekstraksi supercritical CO2 memungkinkan perusahaan untuk mengekstraksi bahan aktif dari tanaman tanpa menggunakan pelarut kimia yang berbahaya, sehingga hasilnya lebih murni dan ramah lingkungan. Proses ini juga menghasilkan produk dengan konsentrasi bahan aktif yang lebih tinggi, sehingga kualitas kosmetik yang dihasilkan lebih baik. Selain itu, penggunaan teknologi ini dapat menarik konsumen global yang semakin peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
Indonesia juga bisa menerapkan biodegradable packaging sebagai salah satu inovasi dalam industri kosmetik. Saat ini, banyak negara seperti Prancis dan Kanada mulai memberlakukan regulasi yang ketat terhadap penggunaan plastik sekali pakai dalam kemasan produk kecantikan. Dengan mengadopsi langkah ini, Indonesia tidak hanya bisa memenuhi tuntutan konsumen internasional, tetapi juga menjadi pelopor di kawasan ASEAN dalam hal kosmetik berkelanjutan.
Inovasi ketiga yang sangat krusial adalah penerapan digitalisasi untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam rantai pasok kosmetik. Sebagai negara dengan 17.000 pulau, distribusi produk kosmetik di Indonesia seringkali terkendala masalah logistik dan infrastruktur. Teknologi seperti blockchain dapat diterapkan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih transparan, di mana setiap tahap produksi, mulai dari bahan baku hingga produk jadi, bisa dilacak secara real-time.
Menurut studi Deloitte, penggunaan blockchain dalam rantai pasok dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, terutama di sektor kecantikan dan kesehatan . Konsumen dapat mengetahui asal-usul bahan baku yang digunakan, proses produksi, hingga sertifikasi keamanan dan keberlanjutan produk. Ini adalah nilai tambah yang sangat signifikan, terutama bagi konsumen di pasar global yang semakin menuntut produk yang etis dan transparan.
Salah satu inovasi yang sering terlupakan dalam pengembangan industri kosmetik adalah pemberdayaan petani lokal. Industri kosmetik dapat memainkan peran strategis dalam meningkatkan ekonomi lokal melalui program Desa Kosmetik. Di sini, para petani diberdayakan untuk mengembangkan bahan baku kosmetik berbasis tanaman lokal dengan metode pertanian yang berkelanjutan.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor pertanian menyumbang sekitar 13% terhadap PDB Indonesia , dan sektor ini masih menjadi tulang punggung ekonomi di banyak daerah. Dengan mengintegrasikan petani lokal ke dalam rantai nilai industri kosmetik, Indonesia bisa meningkatkan kualitas bahan baku lokal sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian dan pengolahan bahan baku kosmetik.
Bapak Presiden Prabowo Subianto, dalam visi ekonominya, juga menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi lokal sebagai salah satu pilar untuk mencapai kemandirian ekonomi. Melalui program-program semacam ini, industri kosmetik dapat menjadi penggerak utama bagi perekonomian daerah, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Sebagai penutup, seluruh inovasi yang telah dibahas di atas sejalan dengan visi Bapak Presiden Prabowo untuk membangun kemandirian ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia di panggung global. Industri kosmetik memiliki potensi besar untuk menjadi sektor strategis yang tidak hanya berfokus pada kecantikan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan dukungan pemerintah, investasi pada riset dan teknologi, serta pemberdayaan ekonomi lokal, Indonesia bisa mengubah tantangan di sektor kosmetik menjadi peluang besar untuk menjadi pemain global yang dominan. Saatnya Indonesia memanfaatkan kekayaan alamnya, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk membawa nama Indonesia ke kancah internasional sebagai produsen kosmetik berkualitas tinggi yang aman dan berkelanjutan.
Industri kosmetik Indonesia tidak hanya harus aman bagi konsumen, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh bagi masa depan bangsa. (*)