MAKASSAR, FAJAR – Menghadapi meningkatnya konversi lahan pertanian akibat arus urbanisasi yang berkembang, pasangan calon Bupati Maros, Chaidir Syam dan Muetazim, mengumumkan rencana kebijakan untuk menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian di Kabupaten Maros. Hal ini diungkapkan Muetazim dalam debat publik dan pemaparan visi misi paslon Bupati dan Wakil Bupati Maros.
Mengingat posisinya sebagai penyangga kota Makassar, Maros mengalami tekanan tinggi terhadap lahan pertanian, terutama di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Makassar.
Muetazim menjelaskan, Pemkab Maros sudah menyusun dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), yang menjadi panduan untuk mengatur zona pertanian di tiap kecamatan.
Terutama pada Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Langkah ini dilakukan untuk mempertahankan Maros sebagai lumbung pangan di Sulawesi Selatan. Beberapa kecamatan seperti Bantimurung, yang memiliki 3/4 wilayah berupa kawasan pertanian, akan menjadi pusat pertanian prioritas.
“Kami tidak bisa menutup diri dari perkembangan pemukiman di wilayah sekitar Makassar, tetapi kami berupaya untuk menggantikan lahan-lahan yang tergusur dengan mencetak ulang sawah baru di kecamatan lain,” ungkap mantan Kadis PU ini.
Ia menyebutkan, wilayah-wilayah seperti Mandai, Turikale, Marusu, dan Moncongloe diprediksi akan mengalami pertumbuhan pemukiman. Oleh karena itu, pemerintah daerah menyiapkan kecamatan seperti Tompobulu, Camba, Cenrana, dan Mallawa sebagai pengganti lahan pertanian yang terdampak.