BONE, FAJAR – Kemarau di Kabupaten Bone berdampak di sejumlah wilayah. Salah satu yang tertinggi berada di Kecamatan Bontocani, wilayah pelosok.
Sekitar 45.556 hektare lahan di pegunungan Bone itu telah masuk bahaya tinggi kekeringan. Wilayah-wilayah yang terdampak ini sebagian besar merupakan wilayah paling selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa.
Plt Camat Bontocani Andi Akbar mengatakan secara umum kondisi kekeringan di Bontocani ini sudah perlahan membaik, sebab sempat diguyur hujan kendati belum intens. Hanya saja masih ada desa mengalami kekeringan.
Salah satunya Desa Mattirowalie. Desa yang berada di wilayah paling selatan Bone ini dilaporkan mengalami penurunan debit mata air yang menyebabkan warga kesulitan air bersih.
“Semua desa itu mata airnya bagus, kecuali Desa Mattirowalie, yang kadang memang mata air tidak sama dengan desa lain,” ujar Akbar, kemarin.
Sumber mata air menjadi penyuplai utama untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus menjadi sumber pangairan sawah di kawasan tersebut. Kondisi ini dirasakan warga desa Bontojai Kecamatan Bontocani.
Kepala Desa (Kades) Bontojai, Alimuddin mengakui kondisi kekeringan ini. Di desanya terdapat satu dusun yang 90 persen lahannya telah gagal panen akibat kekeringan.
“Itu di (dusun) Bahollangi satu dusun di situ 100 persen petani, bisa dibilang 90 persen lahan di situ sudah gagal panen karena kekeringan,” ujarnya.
Daerah yang berbatasan langsung dengan Gowa tersebut sudah mengalami penurunan debit air yang sangat rendah sehingga tak bisa digunakan untuk mengairi lahan persawahan warga.