Songkok Recca, mahkota kebanggaan masyarakat Bone, menyimpan cerita dan makna mendalam.
Oleh: Indar Ramadhan
Mahasiswa Magang Universitas Muhammadiyah Bone
Di tengah riuh kehidupan masyarakat Bone, Sulawesi Selatan, ada satu objek yang pesonanya tak pernah pudar: Songkok Recca. Di Kabupaten Bone, Songkok Recca atau Songkok To Bone diproduksi di Desa Paccing, Kecamatan Awangpone.
Di desa ini, masyarakat turun-temurun menafkahi keluarganya dari hasil mengayam pelepah daun lontar menjadi Songkok Recca, atau yang juga dikenal sebagai Songkok To Bone.
Songkok Recca menjadi ciri khas masyarakat Bone dengan desain dan warna yang unik, melambangkan identitas budaya setempat. Selain berfungsi sebagai pelindung kepala, songkok ini juga menjadi simbol status sosial dan kebanggaan komunitas. Kehadirannya dalam setiap upacara adat ibarat akar yang mengokohkan pohon warisan budaya masyarakat Bone.
Songkok Recca menarik perhatian dari berbagai kalangan, termasuk pendatang lokal. Banyak yang terpesona oleh keunikan desain dan makna mendalam yang terkandung dalam setiap songkok.
Akbar, seorang pendatang baru di Bone, mengungkapkan kekagumannya, “Songkok Recca memiliki bentuk yang sangat menarik dan warna yang mencolok. Saya merasa setiap motifnya bercerita tentang kekayaan budaya Bone.”
Bentuk Songkok Recca yang unik, dengan bagian atas melengkung dan lebar di bagian bawah, membuatnya mudah dikenali. Kain yang digunakan biasanya merupakan tenunan tangan, dihiasi dengan motif-motif khas yang mencerminkan budaya dan nilai-nilai masyarakat Bone. Setiap motif memiliki makna tersendiri, menggambarkan harapan dan cita-cita pemakainya.
Di balik setiap Songkok Recca terdapat cerita yang mendalam. Syamsidar, seorang pengrajin andal, dengan teliti menganyam benang dan kain menjadi karya yang indah.
“Setiap motif memiliki makna. Ini adalah warisan yang kami jaga dengan cinta,” ungkapnya. Mulai dari motif flora yang menggambarkan keindahan alam hingga pola Panji Bola Sugi, Panji Sa Sa, dan Panji Kadang, setiap detail merupakan bagian dari jati diri masyarakat Bone yang membedakan Songkok Recca dari jenis songkok lainnya.
Songkok Recca tidak hanya digunakan dalam acara formal seperti pernikahan dan upacara adat, tetapi juga dalam berbagai perayaan budaya. Kehadirannya dalam setiap kesempatan menunjukkan betapa pentingnya simbol ini dalam membangun rasa solidaritas dan persatuan di antara masyarakat. Songkok Recca menjadi tanda penghormatan terhadap tradisi yang telah ada sejak lama.
Bagi masyarakat Bone, menggunakan Songkok Recca bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga simbol kebanggaan. “Songkok ini adalah identitas kami. Ketika kami memakai Songkok Recca, itu artinya kami menghormati tradisi dan leluhur kami,” ungkap Asdar, salah satu tokoh pemuda.
Menurut salah satu tokoh adat Bone, Anas, Songkok Recca merupakan lambang kebanggaan dan warisan budaya Bone.
“Setiap motif dan warna memiliki cerita dan makna tersendiri,” katanya.
Melalui Songkok Recca, banyak tokoh agama, tokoh adat, dan pendatang lokal turut memperkenalkannya kepada masyarakat luas, menjadikan masyarakat Bone semakin bangga.
Namun, tantangan modernisasi tak bisa dihindari. Perubahan gaya hidup dan pengaruh budaya luar membuat banyak generasi muda mulai melupakan makna di balik Songkok Recca. “Kita harus terus mengajarkan pentingnya warisan budaya ini agar tidak punah,” ungkapnya.
Songkok Recca bukan sekadar aksesori bagi masyarakat Bone, melainkan simbol yang menyimpan makna mendalam dan sejarah panjang.
Dalam setiap helai dan motifnya, terdapat penghormatan terhadap tradisi dan identitas budaya yang telah terjaga selama bertahun-tahun. Meskipun tantangan modernisasi dan pengaruh budaya luar mengancam keberlangsungan makna Songkok Recca, semangat masyarakat untuk melestarikan warisan ini tetap berkobar. (*)