Sumpah Pemuda tahun 1928 mengajarkan kepada kita nilai-nilai ketangguhan, semangat perjuangan, dan kecintaan kepada tanah air. Pada era digital ini, semangat tersebut bisa diterapkan dalam konteks baru, yakni dengan memperkuat ketahanan mental dan kecerdasan kritis. Momentum peringatan Sumpah Pemuda seharusnya menjadi pengingat bagi pemuda Indonesia untuk tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi generasi yang produktif, bijak, dan kritis.
Tanggung jawab pemuda masa kini bukan hanya menjaga jati diri bangsa, tetapi juga melawan penjajahan dalam bentuk baru, termasuk ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Pemuda yang tangguh adalah mereka yang selalu berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik, sementara pemuda yang “lemas” adalah mereka yang memilih cara mudah dan menghindari tantangan berpikir. (*)