BONE, FAJAR – Pemkab Bone di bawah bayang-bayang defisit besar. Berpotensi menyusul Enrekang.
ENREKANG, Luwu, Palopo, dan sejumlah daerah lain menghadapi dilema anggaran defisit. Utang bahkan mencapai ratusan miliar, terutama untuk rekanan dan tunjangan pegawai.
DI Bone, kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) sangat minim. Tercatat hanya 10 persen dari total APBD 2024, sehingga beban fiskal kini menjadi besar. Kondisi ini rawan membuat keuangan daerah tersandung defisit jumbo.
Situasi ini dirasakan langsung pada 2024. Pj Bupati Bone Andi Winarno menilai kondisi ini akan kembali dihadapi Bone pada 2025 jika pembenahan tak dilakukan.
“APBD kita mencapai Rp2,821 triliun, sementara PAD Bone tidak mencapai 10 persen dari total anggaran ini. Jika PAD tidak tercapai, sementara dana transfer terhambat, kita akan menghadapi risiko defisit yang besar,” ujar Winarno, Selasa, 29 Oktober 2024.
Gagal Capai
Realisasi PAD Bone pada triwulan empat baru Rp67 miliar atau 81,02 persen dari target Rp83 miliar. Padahal, peningkatan PAD diperlukan sebagai bagian dari solusi menangani defisit fiskal. Perluasan potensi pajak sudah semestinya dilakukan.
Sejauh ini baru pajak hiburan yang melampaui target realisasi Rp300 juta dari target Rp290 juta. Sementara di sektor lain, pajak restoran, pajak penerangan jalan, dan PBB-P2, hingga retribusi di tiap OPD pencapaian masih di bawah target.
Sejumlah OPD mengeluhkan masalah sulitnya capaian realisasi PAD yang ditargetkan. Kepala Dinas Perhubungan Bone, A Muhammad Ikbal mengungkapkan adanya masalah pada payung hukum untuk pungutan retribusi yang berimplikasi pada sulitnya pungutan.