Bukan hanya itu, sebab tokoh-tokoh berpengaruh yang ada di Kecamatan Bangkala dan Bangkala Barat, yang menjadi basis Paris selama ini justru mulai condong ke kandidat bupai Sarif Patta.
“Kita ketahui Bangkala basis Paris tapi tokoh-tokoh berpengaruh lebih condong ke Sarif Karaeng Patta,” bebernya. Lantas dengan selisih elektabilitas yang tipis ini, apa yang menjadi penentu kemenangan di Pilkada Jeneponto?
Dalam dialog soal Pilkada Jeneponto ini, Suwadi Idris Amir menyebut tidak ada jalan lain kecuali kreativitas tim dan paslonnya dalam meramu program dan metode pendekatan pada tokoh masyarakat.
Ia menyampaikan akan jauh lebih efektif melakukan pendekatan pada masyarakat secara personal dan memberikan penghormatan yang lebih humanis pada tokoh masyarakat setempat.
“Di Jeneponto ini meski daerah yang relatif lebih miskin, tetapi masyarakatnya tidak terlalu terpengaruh dengan money politics. Paling penting adalah pendekatan yang menghargai pada masyarakat,” katanya.
Apalagi disebutkan bila kebangsawanan sebagai Karaeng di Jeneponto juga memberikan pengaruh lebih pada cara pendekatan yang mesti dilakukan paslon dan timnya.
Khusus pada calon bupati Muh Sarif Patta merupakan mantan birokrat yang merintis karier dari bawah, mulai dari lurah hingga Sekda Jeneponto, lalu menjadi Anggota DPRD Sulsel dari Fraks PKB.
Sementara wakilnya adalah tokoh milenial, Moch Nur Qalby yang menyelesaikan pendidikan di Inggris. Pengamat politik dari Unismuh, Dr Ridwan Fallawang dan Tokoh Literasi Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma menyampaikan perpaduan ini ideal.
