Sebaliknya, institusi ekonomi inklusif meningkatkan jumlah masyarakat kelas menengah (middle class) yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka panjang. Hal ini ditandai oleh gini ratio yang rendah atau ketimpangan rendah.
Akhirnya, mari berkaca pada Brazil dan Korea Selatan (Korea) periode 1965 – 1980. Dimana, Brazil tumbuh rata-rata 5,6 persen dengan pendapatan per kapita 7.600 dolar AS tahun 1980. Tetapi Brazil tidak sukses menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita 12.500 dolar AS karena institusinya bersifat ekstraktif dengan populasi kelas menengah hanya 29 persen dan gini ratio tinggi.
Sebaliknya dengan Korea, tumbuh 6,5 persen selama 1965 – 1980 memiliki pendapatan per kapita 7.700 dolar AS tahun 1986. Gini ratio yang rendah dan institusi ekonomi yang inklusif, membuat kelas menengah Korea lebih dari 53 persen populasi sejak 1990-an. Hal ini menjadi penggerak utama ekonomi Korea hingga mencapai pendapatan per kapita 12.500 dolar AS tahun 2003. (*)