English English Indonesian Indonesian
oleh

Pejajahan dan Ketimpangan

Penjajah Eropa membangun sistem ekonomi dan politik inklusif jika jumlah penjajah (imigran) yang datang ke negara jajahan besar. Hal ini bertujuan untuk memberikan insentif bagi pendatang dari Eropa bekerja keras dan berinvestasi di negara baru.

Sebaliknya, penjajahan di negara jajahan yang rentan resiko penyakit menular dengan tingkat kematian tinggi, resistensi tinggi terhadap panjajah, dan lainnya, biasanya penjajah mengeksploitasi penduduk setempat dan mengambil Sumber Daya Alam (SDA) untuk keuntungan penjajah. Institusi ekonomi dan politik di negara tersebut bersifat ekstraktif.

Dimana semakin banyak jumlah penduduk di negara jajahan maka semakin tinggi resistensi terhadap penjajah. Namun, jumlah penduduk besar memberikan keuntungan kepada penjajah berupa ketersediaan buruh murah.

Negara jajahan dengan populasi besar menerima arus imigran lebih sedikit (jumlah penjajahnya sedikit). Dalam kondisi ini, penjajah mengembangkan institusi ekonomi dan politik ekstraktif yang hanya menguntungkan elit lokal, tidak ada pemilihan umum yang bebas, dan bahkan hak politik warga masyarakat dibatasi.

Sebagai perbandingan dapat dilihat pada potret penjajahan Inggris di India, Australia dan New Zealand. Dimana, penjajah Inggris di India rentan menghadapi bahaya penyakit menular mematikan. Sehingga, jumlah orang Inggris di India lebih sedikit dan institusinya bersifat ekstraktif dengan penegakan hukum (rule of law) yang lemah.

Sebaliknya, penjajah Inggris (imigran) di Australia dan New Zealand menghadapi wabah penyakit yang jauh lebih ringan. Jumlah penduduk di dua negara tersebut juga sedikit sehingga resistensi terhadap penjajah lebih kecil.

News Feed