Sesuai data-data statistik yang ada, hingga kini ke empat aspek tersebut sedikit banyaknya terlihat memang masih ada berbagai masalah yang belum dibenahi sesuai harapan, dengan derajat masalah yang berbeda tingkatannya.
Dari sisi aspek pendapatan, tampaknya pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan mencapai 6-7 persen pertahun, tapi secara rata-rata baru mencapai 5 persen. Memang relatif cukup baik dibanding beberapa negara lain, tetapi tingkat pemerataannya, jelas masih bermasalah. Ditunjukkan oleh tren perkembangan nilai Gini Ratio selama ini relatif masih tinggi, dalam kisaran 0,37-0,40. Artinya peningkatan pendapatan atau pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ternyata belum terdistribusi baik kepada masyarakat secara merata.
Kemudian dari sisi ketenagakerjaan, juga demikian, tingkat pengangguran relatif masih tinggi dalam kisaran 4-6 persen dengan kualitas tenaga kerja yang terbatas. Akibatnya, tingkat kemiskinan masih diatas kisaran 2 digit. Mungkin aspek tujuan makro yang cukup berhasil terkait stabilitas harga, inflasi tampaknya mampu dikendalikan cukup baik sesuai rencana otoritas, walaupun 5 bulan terakhir sempat mengalami deflasi yang dicurigai sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat, karena masyarakat kebanyakan kesulitan sumber pendapatannya, karena goncangan di pasar tenaga kerja, sehingga PHK meningkat pada beberapa sektor ekonomi dan bisnis padat karya strategis.
Selanjutnya, mengenai aspek perekonomian internasional terkait kegiatan perdagangan (Current account), ekspor dan impor, tercatat tren perkembangannya cukup baik, sebab beberapa tahun terakhir mengalami surplus. Tetapi terkait arus neraca keuangan (Financial account) dari PMA dan hutang luar negeri, selama ini terus menjadi perdebatan publik yang sangat hangat di masyarakat kebanyakan, sehingga menjadi isu bola liar yang terkadang sulit dikendalikan otoritas.