FAJAR, JAKARTA — Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) kembali menjadi sorotan dalam perdebatan kebijakan publik di Indonesia. Program yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi melalui akses perumahan terjangkau ini masih menghadapi tantangan dalam sosialisasinya, dengan adanya sejumlah mispersepsi di masyarakat.
Laporan terbaru dari Populix berjudul Sentimen Masyarakat terhadap Program Tapera mengungkapkan bahwa hampir 90 persen masyarakat sudah mengetahui tentang program ini, dengan media sosial dan media massa sebagai saluran utama penyebaran informasi. Meskipun kesadaran tentang Tapera cukup luas, laporan ini menyoroti perlunya peningkatan edukasi tentang program tersebut.
Sekitar 75 persen responden menunjukkan pemahaman yang baik tentang tujuan Tapera, yakni memfasilitasi kepemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, ada kelompok masyarakat, khususnya dari kelas ekonomi bawah, yang masih kurang memahami manfaat dan mekanisme program ini. Mispersepsi seperti anggapan bahwa dana Tapera dapat digunakan untuk biaya pendidikan juga masih terjadi di kalangan masyarakat.
“Salah satu temuan utama dalam laporan ini adalah meskipun masyarakat memahami bahwa Tapera bertujuan untuk memfasilitasi kepemilikan rumah, masih ada kekeliruan yang perlu diklarifikasi, seperti penggunaan dana dan mekanisme penarikan. Di sisi lain, masyarakat juga mengharapkan transparansi dalam pengelolaan dana serta kemudahan akses untuk mencairkan tabungan mereka. Kami berharap temuan-temuan ini dapat mendorong perbaikan dalam pengelolaan dan implementasi program ini, sehingga lebih efektif dalam membantu masyarakat mencapai kepemilikan rumah,” kata Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix, Senin, 21 Oktober 2024.