Di Indonesia, “tren penyakit” yang melanda masyarakat kita cukup bervariasi dan memprihatinkan, seperti jantung, diabetes, hipertensi, kanker, asam urat, asam lambung, kolestrol, dll. Pertanyaannya adalah: kenapa orang Indonesia sakit-sakitan, rumah sakit penuh, orang keluar masuk silih berganti, ada yang pulang dalam keadaan sehat, ada yang setengah sehat, ada pula yang sekarat, tapi tak sedikit juga yang meninggal dunia?
Bagi mereka yang dalam keadaan sakit dan baru menyadari pentingnya kesehatan dan hidup sehat, ada yang mulai belajar hidup sehat dengan, misalnya, berolah raga. Tak heran di tempat-tempat umum untuk berolahraga seringkali ditemui orang yang sedang berolahraga dengan menyeret kakinya karena akibat serangan stroke. Meski telat jika baru dimulai ketika sakit, tapi ini lebih baik daripada tidak berolahraga sama sekali. Masih bagus jika yang sakit adalah “the have,” sehingga masih mampu membiayai pengobatan dirinya, meski hidup tidak lagi dapat dinikmati kecuali yang bersangkutan belajar “menikmati” hidup dalam keadaan sakit. Namun, bagi mereka yang “the have not,” hidup serasa semakin sulit tidak saja dari segi finansial karena menjadi bertambah miskin oleh pengobatannya, tapi juga hidup yang sudah tak nikmat, semakin tak dapat dinikmati.
Menurut Gene Tunney, legenda tinju yang pencinta buku, bahwa untuk dapat menikmati “cahaya kesehatan,” berolahraga adalah sebuah keharusan. Namun, tak semua orang tertarik untuk berolahraga, meski mereka mengetahui manfaat kesehatan di baliknya. Sehat memang kata yang mudah diucapkan, tapi juga mudah dipraktekkan jika ada komitmen diri untuk hidup sehat. Be healthy and be happy, will you?