Israel seperti tak memperdulikan apa pun kata dunia. Tak peduli hukum internasional. Tak peduli hukum humaniter. Tak peduli Perserikatan Bangsa-bangsa dan bahkan menyerang markas pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Israel hanya peduli dengan perang yang ingin dilakukannya. Semau-maunya.
Maka pekan lalu dua peraih hadiah nobel: kategori perdamaian dan sastra menyampaikan keprihatinannya atas apa yang terjadi di Gaza dan Lebanon. Nihon Hidankyo — sebuah lembaga/organisasi senjata anti-nuklir Jepang — yang mendapatkan Nobel Persamaian 2024 — lewat ketuanya Toshiyuki Mimaki, menangis pada konferensi pers setelah penghargaan tersebut diumumkan, dengan mengatakan “Saya tidak pernah bermimpi hal ini bisa terjadi”.
Ia menangis juga karena melihat bahwa senjata nuklir bisa digunakan Rusia untuk melawan Ukraina, Israel untuk menggempur Gaza. Ia berharap generasi kedua (penyintas bom atom) dan masyarakat umum berpartisipasi dalam kegiatan perdamaian, untuk perdamaian tanpa senjata nuklir. Mimaki juga mengatakan situasi anak-anak di Gaza serupa dengan apa yang dihadapi Jepang pada akhir Perang Dunia II. Di Gaza, kata Minaki, anak-anak yang mengalami pendarahan digendong oleh orang tuanya. Seperti di Jepang 80 tahun lalu. Anak-anak di Jepang/Hiroshima Nagasaki kehilangan ayah mereka dalam perang dan ibu mereka dalam bom atom. Mereka menjadi yatim piatu. Dan sebagian membawa derita itu hingga saat ini di akhir tuanya.
Komite Nobel menyatakan, Nihon Hidankyo selama beberapa dekade memberikan kontribusi sangat besar, bahwa pengerahan senjata atom sebagai tabu. Namun belakangan ini, pandangan ini “berada di bawah tekanan”.