“Artinya memang ada pembelajaran APBD yang tidak baik, uang itu tidak turun ke bawah dan tidak ada yang keluar. Ini yang menjadi pertanyaan, banyak hutang, ada pengetatan, kontraktor belum dibayar, lantas ke mana uangnya? Banyak sekali masalahnya,” tuturnya.
Pentolan Mileanies itu menegaskan, kondisi ini juga menjadi salah satu alasan DiA mengangkat tagline Save Sulsel. Dia mengklaim, Sulsel harus diselamatkan dari pihak-pihak yang dianggap menjadi pemicu kehcuran Sulsel jika terus berlarut-larut.
“Mau tidak mau, kalau DiA terpilih menjadi Gubernur Sulsel, maka pembayaran hutang akan menjadi prioritas utama. Bagaimana pun program yang kami susun itu butuh biaya dan kalau masih berjibaku dengan hutang, ya itu akan sulit,” kata dia.
Dia berharap, komitmen Pj Gubernur Sulsel sebelumnya (Bahtiar Baharuddin) yang ingin menuntaskan hutang pada 2025 bisa terwujud. Sehingga, DiA bisa terbantu dalam mewujudkan gagasan besar untuk Sulsel yang baik untuk semua.
“Defisit terbesar itu salah satunya DBH yang ditahan. Itu mempengaruhi semua postur APBD kabupaten/kota, karena DBH dihitung sebagai salah satu poin pendapatan. Bayangkan saja, dampak multiflier effect-nya sangat besar,” jelasnya.
Mereka juga sangat menyesalkan kondisi ini, sebab pengelolaan keuangan daerah tidak berjalan dengan baik. Kondisi ini memaksa masyarakat untuk merasakan dampaknya dan sektor ekonomi riil cenderung lesu.
“Kami sesalkan ini, karena Sulsel sebenarnya kaya dengan SDA-nya. Makanya Pak Danny kalau kita lihat secara utuh kan lebih mengembangkan sektor non tambang, karen itu ekonomi riil,” terangnya. (wid)