OLEH: Abd Rahman Hamid
Dosen Sejarah UIN Lampung dan Pengajar S2 Sejarah Unhas
Fakta geografis maritim Indonesia Timur tidak hanya berkontribusi bagi lahirnya empat sukubangsa bahari (Makassar, Mandar, Bugis, dan Buton), tetapi juga arus perjuangan yang melahirkan nasionalisme bahari sebagai sesuatu yang khas dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air pada masa revolusi (1945-1950).
Tiga hari setelah proklamasi, 20 Agustus 1945, sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan pembentukan suatu badan yang dapat menjamin rakyat yang menderita akibat peperangan, yakni Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Salah satu bagiannya ialah Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertugas memelihara keamanan bersama dengan rakyat dan jawatan-jawatan negara yang ada (Sekneg 1995, 500–502).
BKR Laut Pusat dibentuk di Jakarta pada 10 September 1945 di bawah pimpinan M. Pardi yang dibantu oleh Adam, R.E. Martadinata, dan R. Suryadi. Selanjutnya dibentuk BKR Laut di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera (Mabes 2000, 8–10).
Pada bulan September, tokoh-tokoh pelaut (bahariawan) Sulawesi bekerjasama dengan bahariawan lainnya di Surabaya membentuk BKR Laut di bawah komandan A.R. Aris dan wakilnya adalah R. Sutrisno serta kepala stafnya L. Mochtar. Badan ini cepat berkembang karena di sana banyak bahariawan dari berbagai daerah, terutama dari Sulawesi Selatan yang mendukung perjuangannya. Dua ekspedisi bahari ke Makassar untuk membentuk Angkatan Laut di Sulawesi.