Letnan II M. Amier (asal Majene) tiba di Pelabuhan Paotere Makassar pada 20 November 1946. Setelah berkoordinasi dengan pimpinan Harimau Indonesia (HI), Ali Malaka Daeng Bahang, ia bertemu pimpinan pasukan Gangga, L. Rahmansjah pada 27 November. Ia menyerahkan surat dari Komandan TRIPS, Letkol Abdul Qahhar Mudzakkar. Esok harinya, Amier mendapat surat balasan untuk disampaikan kepada Qahhar dan Kapten Andi Mattalada di Yogyakarta. Rombongan Amier lalu kembali ke Jawa dan di Pelabuhan Pasuruan pada 15 Maret 1947 (Hamid 2021).
Ekspedisi bahari berikutnya dengan perahu lete Kapten Baru (15-20 ton) milik Siti Hawwa (orang Mandar) dari Pulau Kalukalukuang. Nakhodanya adalah Haji Puang Menda bersama enam awaknya (Ibnu Nadjar, N. Idris, M. Amin, Kunding, dan Nurdin). Rombongan ini dilepas oleh Mayor Djohan Daeng Mangoen dan Kapten Abdul Rachman Daeng Situdju (Purwanto 1985, 7).
Perahu Kapten Baru perahu lepas jangkar dari Pelabuhan Situbondo pada 28 Januari 1947 membawa 36 pejuang ke Sulawesi, antara lain adalah Kapten Hasan Rala (pimpinan ekspedisi), A.A. Rifai, Manggu Daeng Siala, Achmad Lamo, dan M. Djafar. Perahunya juga memuat 12 ton gula, 9 peti granat, 2 peti obat-obatan, 45 pucuk senjata, dan amunisi.
Dua hari kemudian perahu tiba di Pulau Raas Madura, lalu ke Pulau Kalukalukuang. Setelah 10 hari (2-12 Januari 1947) beristirahat dan memperbaiki perahu di sana, rombongan menuju Pulau Panikian Barru. Tiga hari setelah lepas dari pulau ini, perahu diterpa oleh angin dan ombak sehingga kandas di atas karang antara Tanjung Barru dan Pulau Panikian. Di sana mereka diserang oleh pasukan patroli laut Belanda.