Hasil riset World Bank menunjukkan bahwa setiap kenaikan pengeluaran pemerintah dan swasta sebesar 10 persen untuk kegiatan R&D meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen dalam jangka pendek. Sementara dalam jangka panjang, kenaikan belanja R&D sebesar 10 persen meningkatkan pertumbuhan ekonomi 0,9 persen.
Sebagai contoh, pemerintah China hingga saat ini meningkatkan anggaran R&D sebesar 7 persen per tahun. Targetnya, China akan menjadi pusat inovasi teknologi tinggi secara global pada tahun 2050. Demikian juga dengan Korea Selatan (Korea) yang meningkatkan investasi pada international R&D hingga mencapai 6 – 7% dalam beberapa tahun mendatang.
Pertumbuhan ekonomi China dalam 50 tahun terakhir ditopang oleh kebijakan liberlaisasi ekonomi, yaitu menggeser ekonominya dari state controll, dikendalikan negara, menjadi market ouriented, semuanya tergantung pada mekanisme pasar. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi China lebih dari 10 persen selama 33 tahun, sejak 1977 – 2010.
Berdasarkan laporan World Bank, terdapat 33 negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen dalam 50 tahun terakhir, namun tidak semua berhasil menjadi negara maju. Sebagai contoh, Jepang dan Brazil mengalami pertumbuhan double digit selama 9 tahun, yaitu dari tahun 1960 – 1969 untuk Jepang dan Brazil tahun 1966 – 1975.
Perbedaan keduanya, pertumbuhan ekonomi Jepang mengandalkan tabungan dalam negeri, peningkatan proporsi tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi (skilled worker), adopsi dan adaptasi teknologi dari luar. Sementara Brazil, fokus pada reformasi keuangan dan modernisasi ekonomi.