Oleh: Marsuki
(Guru Besar FEB Unhas dan Komisaris Independen BSSB)
HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Ada beberapa tema menarik pada acara FGD Bank Indonesia (BI) di Labuang Bajo akhir minggu lalu. Bersama akademis penulis populer dan peneliti, BI membahas peran BI dalam pembangunan di Indonesia.
Di antaranya mendorong dan mendukung kebijakan pertumbuhan berkelanjutan melalui kebijakan Macrofinancial linkages, utamanya dengan system perkreditan (credit view). Hal ini sesuai paradigma sistem ekonomi yang dibangun dan dikembangkan oleh ahli ekonomi penerima Nobel, Sir John Hicks (JH), yaitu perbankan merupakan penggerak utama Β dari berbagai aktivitas ekonomi bisnis, dan keuangan para pelaku ekonominya (bank based economy), yakni pengusaha, konsumen, bahkan pemerintah sendiri.
Salah satu tema penting yang dibahas dalam FGD BI tersebut, berjudul βMacrofinancial linkages: Prospek pertumbuhan kredit terjaga di tengah berbagai tantangan sektor keuanganβ. Diskusi diawali dengan penjelasan bahwa pelaksanaan kebijakan BI sangat dipengaruhi oleh lingkungan strategis (Lingstra) yang dihadapi Indonesia, baik perkembangan faktor global maupun domestik.
Dari sisi faktor global dianggap bahwa masalah ketidakpastian tampaknya mulai mereda. Walau demikian, diprediksi, prospek pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 masih 3,2 persen atau melambat serta diperkirakan tren suku bunga (SB) berpeluang menurun di banyak negara dalam kondisi masih di tengah tensi geopolitik global yang masih tinggi. Dari sisi domestik diprediksi kinerja perekonomian makro relatif terjaga.