Kemudian terkait aspek pembiayaan inklusif yang terbatas sehingga perlu ditingkatkan dianggap sebagai masalah dari sisi penawaran perekonomian makro (Supply ide economy) hal tersebut ditentukan oleh beberapa peluangnya, yakni: Kapasitas pendanaan, likuiditas memadai, dan pinjaman terjaga; Optimalisasi sumber pendanaan (DPK) dan Non DPK; Potensi dampak positif penurunan bunga terhadap kredit; Ketahanan likuiditas, permodalan dan risiko kredit perbankan terjaga; Serta ada dukungan Kebijakan Likuiditas Moneter (KLM) dari BI. Sedangkan tantangannya, antara lain: Pertumbuhan kredit masih ditopang oleh bank besar dan adanya perlambatan pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM.
Dapat dianggap bahwa kedua aspek permasalahan perekonomian makro baik dari sisi permintaan maupundari sisi penawarannya, tren perkembangannya relevan atau ditentukan oleh aspek tren perkreditan perbankan. Diprakirakan, prospek pembiayaan kredit perbankan mencapai target 10-12% pada tahun 2024 dengan ketahanan SK dapat terjaga. Hal ini didukung oleh aspek permintaan, antara lain: Potensi permintaan KI dan KMK tetap terjaga.
Sedangkan dari sisi penawaran, dimungkinkan oleh: Optimisme dan appetite bank besar terjaga, didukung kapasitas pembiayaan memadai serta dukungan KLM BI. Kemudian ketahanan sektor keuangan tetap terjaga. Tetapi aspek keuangan inklusif diprakirakan masih tumbuh terbatas. Syukur, KUR telah mampu menopang pertumbuhan kredit UMKM yang sangat butuh akses pembiayaan kredit perbankan.
Terakhir, dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter BI dalam upaya merealisasikan tiga aspek yang ditarget BI, maka BI terus melakukan monitoring secara seksama melalui tiga indikator penentunya, yakni, bagaimana menjaga tren keberlanjutan atau sustainabilitas pertumbuhan kredit perbankan, kemudian perlunya tren peningkatan dukungan kebijakan KLM BI, dan bagaimana menjaga tren perkembangan penurunan kinerja masyarakat kelas bawah.