English English Indonesian Indonesian
oleh

Tren Tektok dan Tantangannya

Pengalaman ini juga lazim ditemukan bagi pendaki konvensional, hanya saja sensasinya yang berbeda. Ada adrenalin tersendiri ketika pendaki terkesan diburu waktu untuk menikmati pemandangan indah secara singkat. Kenikmatan pendaki konvensional adalah ketika pendaki mencapai puncak. Hal serupa dirasakan oleh pendaki tektok. Namun, bagi pendaki tektok, baru menikmati kenikmatan mencapai puncak, mereka sesegera mungkin harus turun kembali ke titik mula pendakian. Terkadang hal-hal yang terbatas memiliki nilai keunikan, sehingga membuat orang lebih menikmati keunikannya, singkat namun mengesankan.

Meskipun semua jenis pendakian (konvensional maupun tektok) harus memiliki kesiapan mental, pendaki tektok harus memiliki ekstra kesiapan mental, terutama dalam menghadapi situasi darurat saat kembali (dengan waktu yang sangat singkat) karena bebatuan yang licin, curam, perubahan cuaca yang tidak terduga (seperti hujan deras, kabut tebal, badai, dll.) menjadi tantangan tersendiri bagi pendaki tektok dan ini akan memengaruhi waktu penurunan dan dapat membuat pendaki tektok terjebak dalam kegelapan menuju pulang.

Meskipun pendakin tektok relatif singkat, namun ada yang hilang dalam pendakian gay aini dibandingkan dengan pendakian konvensional, yakni pengalaman bermalam di alam terbuka. Pendakian dengan menginap memungkinkan pendaki untuk menikmati malam di puncak gunung, menyaksikan bintang-bintang yang bersinar cerah, dan/atau merasakan kedamaian hutan di malam hari, sehingga pendakian tektok mengeliminasi pengalaman spiritual dan emosional pendaki. Namun, setiap langkah adalah perjalanan menuju sesuatu yang lebih besar dari sekedar mendaki, sebuah penghormatan pada alam, pada sejarah, dan pada diri sendiri. Setiap gunung adalah kisah, dan setiap puncak adalah pencapaian. Let’s try! (*)

News Feed