English English Indonesian Indonesian
oleh

Tren Tektok dan Tantangannya

Oleh karena tidak perlu menginap, pendakian ini memiliki durasi yang lebih singkat dibandingkan pendakian konvensional. Hal ini dapat membantu meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan. Pendakian yang hanya berlangsung sehari mengurangi kemungkinan penumpukan sampah (karena pendaki hanya membawa perbekalan secukupnya), tidak menggunakan sumber daya alam (seperti air, kayu bakar, api unggun), tidak mengganggu habitat alami satwa liar, tidak membuat polusi udara (lebih sedikit suara dan cahaya buatan yang dapat mengganggu aktivitas satwa nocturnal), tidak merusak ekosistem lokal (karena tidak perlu mendirikan tenda atau membuat tempat peristirahatan sementara, sehingga mengurangi kemungkinan terinjak-injaknya vegetasi atau tergerusnya tanah), terutama di jalur-jalur pendakian yang rentan terhadap erosi atau degradasi vegetasi (seperti di daerah Gunung Bawakaraeng dan kawasan pegunungan karst Maros-Pangkep).

Pendakian dengan gaya ini menuntut seorang pendaki untuk berfokus karena ini berkaitan dengan manajemen tubuh, bahwa tubuh harus siap menghadapi jalur berat dalam waktu singkat. Ketinggian, kecuraman, kelicinan, cuaca, suhu, dan kabut yang bergelantungan memberikan suasana mistis, seolah menyembunyikan puncak gunung. Ketika jalur menuju puncak semakin menantang yang ditunjukkan dengan bebatuan licin dan akar pohon yang melintang, kondisi tubuh yang semakin lelah, alam sekitar justru seakan terus memberi energi, sehingga pendaki harus memfokuskan dirinya agar dapat menggapai puncak. Ketika berada di puncak, maka kelelahan yang dirasakan sirna oleh keberhasilan mencapai puncak, pemandangan yang indah yang dapat dinikmati dari ketinggian, dan kesempatan untuk mengabadikan momen.

News Feed