English English Indonesian Indonesian
oleh

Bukan Warisan Arung Palakka

Oleh: Abd Rahman Hamid 

Dosen Sejarah UIN Lampung dan Pengajar S2 Sejarah Unhas 

Sejak buku Warisan Arung Palakka karya Leonard Y Andaya diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 2004, hampir semua argumentasinya diterima dan menjadi rujukan utama dalam penulisan sejarah Sulawesi Selatan abad ke-17. Apakah ini pertanda bahwa karya tersebut sudah “sempurna” sehingga tak perlu ditinjau lagi?  

Penggunaan kalimat The Heritage of Arung Palakka, seperti pada judul bukunya dalam edisi Inggris yang terbit tahun 1981, menunjukkan bahwa segala apa yang terjadi pada masa itu adalah warisan Arung Palakka. Ada kesan bahwa dialah penggerak utama sejarah daerah ini. Lalu, bagaimana dengan tokoh lain, seperti Raja Gowa Sultan Hasanuddin yang sangat gigih melawan Belanda dan sekutunya dalam perang Makassar (1666-1669)? Tokoh terakhir ini bahkan sudah menjadi Pahlawan Nasional.   

Salah satu warisan Arung Palakka, menurut studi Andaya, adalah pengungsian penduduk secara besar-besaran ke luar Sulawesi Selatan. Berikut satu petikan (pertama) kalimatnya: “Arung Palakka telah mengurung kecenderungan partikularistik negara-negara lokal, dan memaksa mereka berbagi dengan mimpinya akan sebuah Sulawesi Selatan bersatu. Namun dalam proses pencapaian tujuan ini, Arung Palakka telah menjadi penyebab langsung dan tidak langsung mengungsinya ribuan orang-orang dari pulau ini untuk melarikan diri dari kekuasannya (p.379)”. 

Selanjutnya (petikan kalimat kedua) Andaya menulis bahwa “dia [Arung Palakka] juga menciptakan kondisi di mana banyak pangeran Sulawesi Selatan dan pengikutnya dipaksa untuk mencari rumah di seberang hingga mereka mewarnai sejarah daerah tujuan itu. Inilah warisan yang diturunkan Arung Palakka tidak hanya bagi Sulawesi Selatan tapi di seluruh Nusantara” (p.380). 

News Feed