English English Indonesian Indonesian
oleh

Bukan Warisan Arung Palakka

Sebelum perang Makassar, Belanda sangat berambisi untuk menguasai sendiri pelayaran dan perdagangan rempah-rempah Maluku yang pada saat itu lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi Makassar. Setelah perang, Belanda berhasil menyingkirkan saingan utamanya, Makassar, dalam pelayaran niaga rempah. 

Eksistensi tokoh lokal (Arung Palakka) dalam perebutan kekuasaan memang penting dikemukakan, tetapi tidak boleh mengecilkan peran dan akibat tindakan kekuatan asing (Belanda) yang punya kepentingan besar untuk meruntuhkan kekuatan lokal (Makassar). 

Kalau kita membaca beberapa kasus di Nusantara, ketika Belanda bersekutu dengan kekuatan lokal dan berhasil menyingkirkan kekuatan lokal, kendali politik lebih banyak dikontrol oleh Belanda. Jadi, apakah Arung Palakka memiliki kekuatan luar biasa untuk mengendalikan kondisi lokal di luar kontrol ketat Belanda?   

Tulisan ini mengingatkan kita pada argumentasi sejarawan Edward Hellet Carr (1961), dalam bukunya What is History? bahwa “sejarah adalah sebuah proses interaksi yang berkelanjutan antara sejarawan dan fakta-faktanya, sebuah dialog yang tak berkesudahan antara masa sekarang dan masa lalu”.  

Tesis “Warisan Arung Palakka” dari Andaya masih terbuka untuk didiskusikan kembali sesuai dengan fakta sejarah dan perspektif yang digunakan oleh setiap sejarawan. Kita berharap bahwa kehadiran karya Andaya tidak menutup ruang diskusi yang dapat melahirkan berbagai interpretasi terhadap peristiwa besar di Sulawesi Selatan pada abad ke-17.  (*)

News Feed