English English Indonesian Indonesian
oleh

Bukan Warisan Arung Palakka

Pengungsian penduduk secara besar-besaran ke luar Sulawesi Selatan bukanlah semata-mata warisan Arung Palakka. Kalau pengungsian itu dipandang sebagai akibat langsung perang Makassar, maka lebih tepat dikatakan bahwa pengungsian itu merupakan warisan tindakan Belanda, pihak utama pemenang perang Makassar, yang bersekutu dengan Arung Palakka. 

Membaca kembali sejarah 

Kalau kita membaca kembali sejarah Sulawesi Selatan, ada dua peristiwa besar yang menyebabkan terjadinya pengungsian penduduk secara besar-besaran ke luar daerah ini. Peristiwa pertama adalah perang Makassar, antara Kerajaan Gowa-Tallo dan sekutunya melawan Belanda dan sekutunya. Peristiwa kedua adalah gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Abdul Qahhar Mudzakkar pada 1953-1965, yang ditumpas oleh TNI. Untuk memahami peristiwa terakhir dapat dibaca disertasi Barbara Sillars Harvey (1974) dan Anhar Gonggong (1990). 

Yang menarik adalah interpretasi terkait dengan akibat dari kedua peristiwa tersebut. Pengungsian penduduk akibat peristiwa pertama disebut oleh Andaya sebagai warisan Arung Palakka, sementara pengungsian penduduk akibat peristiwa kedua tidak disebut warisan Qahar Mudzakkar. Jadi interpretasinya lebih cenderung berpihak kepada pihak yang menang (Arung Palakka) dan tidak kepada pihak yang kalah (Qahhar Mudzakkar). 

Bila dianalisa lebih lanjut, tampaknya interpretasi peristiwa pertama secara nyata telah mengurangi dampak dari tindakan Belanda terhadap penduduk Sulawesi Selatan. Sebaliknya, ia terlalu membesar-besarkan peran dan akibat dari tindakan Arung Palakka. Tokoh yang disebut terakhir, dalam konteks itu, dipandang paling bertanggungjawab atas akibat yang ditimbulkan oleh tindakan bersama (Belanda dan sekutunya) ketika melawan Kerajaan Gowa dan sekutunya.     

News Feed