English English Indonesian Indonesian
oleh

Perempuan di Pilkada Makassar

Pilkada di Makassar terdapat tiga pasangan calon yang melibatkan perempuan. Rupanya setiap partai pengusung sadar benar bahwa perempuan bisa menjadi penarik suara. Ini mungkin didorong karena jumlah pemilih perempuan lebih besar dari pemilih laki-laki di kota Makassar. Ataukah setiap partai telah sadar bahwa perempuan memang mempunyai kemampuan andal sebagai pemimpin dan mengambil keputusan sebagai wali kota atau wakil wali kota jika berhasil dilantik. Momentum kehadiran perempuan akan memperkuat keberagaman suara di tingkat pemerintahan.

Ada empat pasangan calon yang terdiri dari Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah) nomor urut 1, Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (Seto-Rezki) nomor urut 2, Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara (Indira-Ilham) nomor urut 3, dan Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando (Amri-Rahman) nomor urut 4. Kehadiran wakil perempuan menunjukkan bahwa perempuan akan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam pemerintahan tingkat kota. Sebuah langkah positif dalam menciptakan ruang yang lebih inklusif dalam politik lokal.

Namun, keterlibatan perempuan dalam politik tidak dapat dilihat semata-mata dari perspektif gender. Pemilih perempuan harus memandang lebih jauh dari sekadar siapa kandidatnya. Terlepas dari keberadaan calon perempuan, kompetensi, rekam jejak, serta kemampuan masing-masing kandidat dalam menangani isu-isu yang relevan bagi masyarakat, termasuk isu gender itu sendiri, harus menjadi pertimbangan utama. Misalnya, apakah sang calon telah mampu merespons tantangan seperti kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur yang akan berdampak langsung kepada kehidupan masyarakat kota.

Pemilih wajib mencermati keberadaan setiap calon dengan kritik tajam melihat rekam jejak masing- masing. Meskipun penting untuk mendukung sesama perempuan dalam memperoleh posisi, tidak seharusnya kita kehilangan fokus pada esensi dari kepemimpinan itu sendiri. Pola pikir ini adalah bentuk dari kearifan yang harus dimiliki oleh setiap pemilih, terutama perempuan yang memiliki kepentingan lebih besar untuk mendorong isu-isu yang menyangkut rakyat banyak, serta misi dan visi calon dalam memberdayakan komunitas perempuan di Makassar.

Perempuan sebagai kelompok pemilih yang signifikan harus mampu bertindak lebih cerdas, memilih berdasarkan informasi yang akurat, serta memahami program-program yang ditawarkan. Tentunya, penting bagi mereka untuk melakukan riset tentang calon-calon yang ada, menggali informasi tentang capaian mereka, serta melihat bagaimana mereka mengelola hubungan dengan konstituen. Ini termasuk melakukan diskusi dengan sesama pemilih, mengikuti debat calon, dan memanfaatkan berbagai media untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.

Satu hal yang sangat penting adalah pemilih harus tidak terlena oleh popularitas semata. Kadang, seorang kandidat bisa saja lebih dikenal di media sosial atau memiliki jaringan yang kuat, namun bukan berarti mereka memiliki kapasitas dan integritas untuk memimpin. Dalam proses pemilihan ini, perempuan diharapkan dapat memilih secara bijak, tanpa terjebak pada narasi yang tidak substansial.

Lebih jauh lagi, di tengah masyarakat yang memerlukan perubahan, keputusan untuk memilih wakil perempuan juga bisa menjadi simbol dukungan terhadap pengembangan kebijakan yang berorientasi pada keadilan gender. Seiring dengan itu, pertanyaan besar muncul: Sejauh mana kandidat perempuan ini akan memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak-anak serta menjawab tantangan sosial yang ada di masyarakat? Hal ini sangat penting untuk dipertanyakan oleh pemilih.

Dalam konteks masyarakat Makassar, para kandidat perempuan ini memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan bahwa mereka tidak hanya hadir untuk memenuhi kuota gender, tetapi juga memiliki visi dan strategi yang jelas untuk membangun kota ini. Dengan menciptakan ruang di mana setiap suara memiliki kesempatan untuk didengar, diharapkan perempuan yang terpilih dapat membawa perubahan yang signifikan.

Kesimpulannya, Pilkada Kota Makassar kali ini merupakan kesempatan emas untuk memperkuat partisipasi politik perempuan sekaligus mendorong kesadaran kolektif dalam memilih. Perempuan sebagai pemilih harus dapat menyikapi keberadaan wakil perempuan dengan bijaksana, memastikan bahwa pilihan mereka bukan hanya berdasarkan gender, tetapi juga pada kompetensi dan komitmen dalam mewujudkan perubahan yang diharapkan. Mari kita gunakan hak suara kita dengan cerdas dan bertanggung jawab demi masa depan kota Makassar yang lebih baik. (*)

News Feed