Pendekatan endogenous growth model menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan pertumbuhan produktifitas harus bersumber dari kekuatan internal suatu negara. Dimana, kemajuan teknologi tergantung pada kemampuan inovasi suatu negara yang ditentukan oleh kegiatan Research and Development (R&D) serta ketersediaan tenaga kerja terampil.
Kemampuan inovasi suatu negara bergantung pada stock of knowledge (banyaknya pengetahuan) dalam perekonomian bersangkutan. Besarnya stock of knowledge dapat dilihat pada jumlah pendaftaran Hak Paten dalam suatu perekonomian.
Hal ini dapat diamati pada publikasi World Intelectual Property Rights Organisation (WIPO) yang menunjukkan bahwa 80% – 90% pendaftaran Paten berasal dari negara maju sejak tahun 2010. Sementara sisanya sekitar 10% – 20% dari negara berkembang.
Perekonomian Indonesia menuju kelompok elit dunia, sebagai negara maju tahun 2045 hanya dapat dicapai jika pemerintah Indonesia sukses mentransformasi ekonominya dari factor driven economy ke perekonomian yang digerakkan oleh inovasi (innovation driven economy).
Pertumbuhan berbasis inovasi dapat dicapai jika ketersediaan SDM berkualitas di dalam negeri sangat melimpah. Dimana sistem pendidikan nasional tidak hanya melahirkan SDM yang mampu mengadopsi dan beradaptasi terhadap teknologi dari luar, tetapi sekaligus mampu menciptakan teknologi baru yang lebih maju.
Salah satu negara yang sukses bertransformasi menjadi negara maju dalam jangka waktu 50 – 60 tahun adalah Korea Selatan (Korea). Salah satu kata kuncinya adalah konsistensi pemerintah Korea menyediakan anggaran pendidikan sebesar 20% atau lebih dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejak tahun 1980-an hingga saat ini.