English English Indonesian Indonesian
oleh

Rihlah Budaya, Manuskrip Jadi Bekal Menuju Indonesia Emas

Narasumber selanjutnya, KH. Helmi Ali Yafie mengaku mendapatkan pengalaman berharga selama mengikuti perjalanan lebih dari 1.000 km dan menemui komunitas di sejumlah tempat. “Kami sampai ke pesisir Cikoang, sangat tersentuh ketika melihat komunitas yang setia mewarisi tradisi lama sejak tahun 1800-an. Orang lain mungkin menganggap mereka tertutup, tapi pada dasarnya mereka menjaga orisinalitas tradisinya,” ujarnya.

Sementara Dr. drg. H.M. Arief Rosyid Hasan, M.Km, selaku penggagas dan koordinator Rihlah Budaya ini mengingatkan masyarakat terutama generasi muda agar tidak melupakan sejarah. Menurutnya, sekilas isi manuskrip-manuskrip di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki akar nilai-nilai di masa lalu yang penting bagi generasi sekarang dan mendatang. Apa yang terjadi saat ini berasal dari proses yang besar di masa lalu, sehingga perlu dijaga kesinambungannya untuk kepentingan masa depan.

“Kita berbahagia memperingati Maulid Rasulullah SAW dengan kegiatan yang bermakna. Agama Islam diprediksi menjadi agama terbesar tahun 2050. Jangan sampai pemeluknya masih mengalami masalah kemiskinan dan kebodohan. Untuk itu, dengan belajar dari sejarah, mari kita fokus mencerdaskan bangsa dan membangun peradaban,” katanya.

Di akhir sesi, para narasumber berharap masyarakat Indonesia tidak meninggalkan akarnya yang berasal dari nilai-nilai agama dan kearifan lokal yang terekam dalam catatan para cendekia di masa lalu.(wis)

News Feed