English English Indonesian Indonesian
oleh

Begini Sejarah 52 Manuskrip Al-Qur’an Abad Ke-18 dan Tradisi Maulid di Cikoang

FAJAR, MAKASSAR — Perjalanan budaya yang dilakukan oleh tim Merial Institude kolaborasi, dengan Makassar Heritage Society (Mahesty) dan Ngariksa, terus berlanjut.

Tim Rihlah Budaya tersebut, kali ini berkunjung ke Kabupaten Takalar menghadiri acara Maulid Cikoang, Minggu, 15 September 2024.

Pakar Filolog, Prof Oman, mengatakan setelah menyaksikan suka cita acara maulid dan membaca Manuskrip Syarful Anam yang menjadi acuan perayaan maulid di Cikoang, ia melihat bahwa tradisi maulid yang ada di Desa Cikoang, sebagai cara mereka merawat memori bersama.

Hal tersebut, berhubungan dengan akar sejarah, keluhuran, dan pengetahuan ke-Islaman yang diturunkan secara turun temurun.

“Tradisi Maulid di Cikoang dimulai sekitar pertengahan tahun 1600 sangat erat kaitannya dengan islamisasi di Cikoang,” ucapnya.

Ia menceritakan jika saat itu, Sayyid Jalaluddin Al-Aidid mengambil peranan penting dalam pengajaran Islam di wilayah pesisir selatan pulau Sulawesi. Pulau tersebut, rupanya luput dari jangkauan tiga datuk.

“Manuskrip yang dibacakan dalam tradisi Maulid di Cikoang disebut Sura’ Rate’, cara membacakan manuskrip langgam Makassar, rama dan cengkok punya kekhasan tersendiri,” ucapnya.

Masyarakat Cikoang meyakini, tradisi Maulid yang dilakukan dilandasi nilai spritual dan konsep Nur Muhammad. Ini bagi mereka dianggap segala sesuatu yang ada di bumi berasal dari Cahaya Nur Muhammad.

“Nah ini sebagai mana yang terdapat dalam manuskrip yang mereka miliki, ungkap Husnul Fahimah Ilyas yang telah meriset di Cikoang dari tahun 2001,” tuturnya.

News Feed