FAJAR, MAKASSAR— Tim Rihlah Budaya Sulsel menelisik Manuskrip Mushaf Al-Qur’an di Sulsel.
Mengangkat Tema “Merajut Masa Silam untuk Masa Kini dan Masa Depan”. Kegiatan digelar dari Parepare menuju Sengkang dan Bone, Sabtu, 14 September 2024.
Pakar filolog, Prof Oman mengatakan sejak pertama kali membuka-buka lembaran manuskrip Mushaf al-Quran milik keluarga Puang Helmi Ali Yafie di Jampue, Pinrang, Sulawesi Selatan, hatinya tergerak.
Kata dia, pemberian izin dan akses atas Mushaf al-Quran pusaka yang ditulis oleh Syekh Zainal Abidin (w. 1890) tersebut, ibarat kunci terbukanya khazanah puluhan manuskrip lain.
“Selama ini teronggok dalam lemari milik Qadi Muhsin Umar, Hakim Urusan Agama Islam terakhir di Jampe, kerabat dari Anregurutta Kiai Ali Yafie,” ucapnya.
lanjut Ngariksa manuskrip Al-Quran Koleksi H.Zainal Abidin di Pompanua, Koleksi Lukman di Pammana, Koleksi Muqaddin di Pompanua dan Koleksi Fadly Ibrahim di Pompanua.
“Saya yakin, ke depan, kolaborasi Ngariksa dengan komunitas muda di Merial Institude dan Makassar Heritage Society (Mahesty) akan mampu mengubah kekumoan menjadi kekinian,”Tutup prof oman.
Ia memanfaatkan warisan manuskrip di Sulawesi Selatan untuk kemaslahatan masa kini dan masa depan.
Sementara itu, Arief Rosyid Hasan mengungkapkan pentingnya menggali akar kesejarahan untuk masa depan, utamanya ketika Indonesia memimpikan Indonesia Emas.
Mengkaji manuskrip Al-Qur’an sebagai salah satu cara menemukan puzzle-puzzle sejarah Yang berserakan.
“Sebagai orang muda, saya juga merasa bertanggung jawab untuk menelisik sejarah dan keluhuran, yang merupakan pondasi masa kini dan untuk menapaki masa depan, utamnya ketika kita mencita-citakan Indonesia Emas,” tutup Arief Rosyid.