Oleh: Syamsul Rahman
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali
Masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang paling banyak menelan mikroplastik dan nanoplastik di dunia. Hal tersebut diketahui melalui hasil penelitian yang dilansir dan dipublikasikan Environmental Science & Technology.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan, setara dengan 1 sendok makan, yang sebagian besarnya merupakan partikel plastik yang berasal dari sumber perairan laut.
Posisi Indonesia kemudian diikuti Malaysia dan Philipina yang masyarakatnya juga paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia. Perlu diketahui bahwa mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter yang dapat mengancam kesehatan jika tidak sengaja tertelan atau dimakan oleh manusia. Berasal dari berbagai sumber seperti produk kosmetik, pakaian sintetis, dan degradasi sampah plastik. Mikroplastik juga telah menjadi masalah lingkungan karena sulit terurai dan dapat menyebar luas melalui air, udara, dan makanan.
Dampak kesehatan
Mikroplastik berdampak pada beberapa hal yang terkait dengan gangguan dan mengancam kesehatan manusia. Beberapa dampak potensial dari paparan mikroplastik antara lain. Pertama, gangguan sistem pernapasan. Mikroplastik dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada saluran pernapasan. Kedua, risiko penyakit kronis. Paparan jangka panjang terhadap mikroplastik dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Ketiga, pengaruh pada sistem imun. Mikroplastik dapat memicu respons imun yang berlebihan dan menyebabkan peradangan kronis. Para peneliti menjelaskan bahwa anak-anak dan bayi lebih rentan terhadap dampak negatif dari paparan mikroplastik karena sistem kekebalan dan organ mereka masih berkembang.
Sumber paparan
Para peneliti menemukan bahwa mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai jalur, terutama paparan melalui lima produk teratas. Pertama, talenan plastik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American Chemical Society (ACS), talenan plastik dapat membuat manusia terpapar hingga 79,4 juta mikroplastik polipropilena atau sejenis polimer plastic setiap tahunnya. Artinya, penggunaan talenan plastik berpotensi meningkatkan perpindahan mikroplastik ke makanan. Kedua, teh celup. Anehnya, banyak kantong teh dibuat dari plastik polipropilen yang tidak ramah lingkungan, dan bahkan teh kertas pun dapat mengandung sisa plastik di lapisan penutupnya. Penelitian di tahun 2023 lalu, yang diterbitkan Dow University of Health Sciences menjelaskan bagaimana air panas yang digunakan untuk menyeduh teh dapat melepaskan jutaan mikroplastik dari kantong teh.
Studi itu mengungkapkan bahwa satu cangkir teh dapat mengandung 3,1 miliar nano plastik akibat kantong teh tersebut. Kantong teh tersebut mengandung zat berbahaya, termasuk senyawa fluor, arsenik, garam radium, aluminium, tembaga, timbal, merkuri, kadmium, barium, dan nitrat. Ketiga, wadah es batu dari plastik. Sama seperti mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan, wadah es batu dari plastik juga dapat menyebabkan kontaminasi. Meskipun penelitian mengenai hal ini masih sedikit, pembekuan plastik dapat menyebabkan mikroplastik larut ke dalam air, mirip dengan proses yang terjadi pada plastik yang dipanaskan.
Keempat, wadah plastik yang dipanaskan dengan microwave. Produk plastik yang diberi label ‘aman untuk microwave’ dapat melepaskan sejumlah besar mikroplastik ke dalam makanan saat dipanaskan. Sebuah studi tahun 2023 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Nebraska-Lincoin menemukan hingga 4 juta mikroplastik per sentimeter persegi dalam makanan bayi kemasan plastik tertentu yang ‘aman untuk microwave’. Menurut sebuah makalah dari The American Academy of Pediatrics, bahwa sebaiknya hindari produk yang dikemas dengan ftalat, stirena, dan bisfenol, yang merupakan jenis bahan kimia yang terkait dengan berbagai plastik. Kelima, gelas kertas. Menggunakan gelas kertas untuk minuman panas dapat menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia, termasuk fluoride, klorida, sulfat, dan nitrat. Hal ini terungkap dalam penelitian di tahun 2021 yang diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials.
Untuk itu, tulisan singkat ini berupaya untuk menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran akan bahaya mikroplastik dan mengambil langkah kongkret untuk mengurangi paparan. Indonesia, sebagai negara dengan tingkat paparan mikroplastik tertinggi, perlu mengambil tindakan serius untuk mengatasi masalah ini demi kesehatan masyarakat. (*)