FAJAR, MAKASSAR-Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Di Dusun Pamanjengan, masyarakat memanfaatkan air sumur bor sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci baju, kegiatan dapur, dan kebutuhan kamar mandi/toilet.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bersama mahasiswa dalam program Pengalaman Belajar Lapangan (PBL 1 FKM UMI) di Dusun Pamanjengan, didapatkan hasil kadar pH sebesar 6,49, sulfat (SO4) 527,47 mg/l, dan zat organik (KMnO4) sebesar 10,25 mg/l (baku mutu zat organik: 10 mg/l). Pemeriksaan kualitas air sumur bor di Desa Moncongloe menunjukkan bahwa kadar sulfat (SO4) melebihi batas standar air bersih yaitu 400 mg/l, dan standar air minum yaitu 250 mg/l.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan Tim Pengabdi yang terdiri dari Ketua Tim, Alfina Baharuddin (Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat FKM UMI), dengan anggota Ricky Perdana Poetra (Dosen Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia), serta Annisa Junaid (Dosen Fakultas Teknik UMI), Senin, 9 September.
Ketua Tim, Alfina, mengungkapkan, kegiatan ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Tahun 2024, dan telah disosialisasikan kepada pemerintah serta masyarakat untuk menjadikan Desa Moncongloe di Kabupaten Maros sebagai percontohan penerapan teknologi tepat guna dalam filtrasi air sumur bor.
Pada tahun 2021, kasus dermatitis di Dusun Pamanjengan meningkat sebesar 35,6% saat musim kekeringan. Hal ini mendorong Tim Pengabdi DRTPM Dikti 2024 untuk memberikan edukasi kepada Mitra Kader Kesehatan Lingkungan terkait penerapan teknologi tepat guna dalam filtrasi air sumur bor. Menurut Dr. Alfina, kekurangan air bersih dan pencemaran air dapat meningkatkan risiko penyakit kulit, termasuk dermatitis kontak. Untuk mencegah dermatitis, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menggunakan air bersih secara aman.