English English Indonesian Indonesian
oleh

Perubahan Iklim Gerus Produksi Rumput Laut

HARIAN.FAJAR.CO.ID, PANGKEP– Rumput laut jadi komoditas andalan Sulsel. Sayang, pemerintah tak membantu kala anjlok.

RUMPUT dengan segudang manfaat merupakan komoditas unggulan di Pangkep, Sulsel. Daerah ini sebagian besar masyarakatnya berada di wilayah pesisir dan pulau, mayoritas berpofesi sebagai nelayan.

Produksi rumput laut di Pangkep termasuk yang menjanjikan. Salah seorang pembudi daya rumput laut di Desa Bowong Cindea, Kecamatan Bungoro, Rahmatiah mengaku hasil panen rumput laut kini berkurang dari biasanya. Penyebabnya, banyak bibit yang gagal panen.

Itu disebabkan cuaca yang tak menentu, tiba-tiba angin kencang, gelombang tinggi, hingga hujan menerjang di luar musimnya.

“Sudah diperkirakan waktu-waktunya, tetapi tiba-tiba ada angin, jadi bibitnya itu banyak yang rusak, sehingga hasil panen sedikit,” beber Rahmatiaj, pekan lalu.

Selain itu, ia juga mengeluhkan harga rumput laut kering. Tahun sebelumnya Rp15.500 per kilogram , namun sekarang turun menjadi Rp14 ribu. Menurunnya harga jual sudah terjadi kurun tiga bulan terakhir.

“Hasilnya sedikit, itu karena pengaruh angin yang kencang dua tiga bulan terakhir kondisinya seperti ini,” jelasnya.

Turunnya produksi dan harga anjlok berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat setempat.

“Pastinya berpengaruh, apalagi harga-harga bahan pokok juga semakin naik, kemudian pendapatan kita turun, jadi sulit kondisinya sekarang, belum lagi yang dibentang tidak semua bisa kita panen kalau angin kencang,” ungkapnya.

Sementara itu, Made Ali, Kepala Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, mengakui sebagian besar warganya berprofesi sebagai pembudi daya rumput laut.

News Feed