Livia Rusli menambahkan, proses pengembangan platform ini dimulai sejak Januari 2024, dengan fokus mencari dan membangun komunitas untuk berkolaborasi.
“Visi dan misi kami adalah untuk tumbuh sebagai bagian dari hak asasi manusia dasar. Kami menerapkan pola pikir ini pada semua pengguna Counsely,” ulasnya.
Chief Marketing Officer Counsely, Livia Rusli menjelaskan melalui sistem web-based, para freelancer dapat menunjukkan karya-karya mereka, menceritakan pengalaman dan berkomentar di halaman komunitas agar dapat dilirik langsung oleh calon klien. Tidak hanya itu, Counsely juga menyediakan fasilitas edukatif bagi freelancers yang ingin meningkatkan keahlian mereka.
Salah satu komunitas pertama yang hadir ada di Jakarta, yang diharapkan menjadi wadah bagi para pekerja lepas untuk saling mendukung dan bertukar informasi.
Para klien pun diberikan akses yang mudah dan personal dalam memilih langsung ahli jasa yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Counsely berkolaborasi dengan berbagai ahli industri, membuka kelas-kelas, serta mengadakan kompetisi untuk mendorong kreativitas.
Salah satu program unggulan adalah kompetisi pembuatan ikon, yang bertujuan mengembangkan kemampuan desainer grafis di Indonesia. Counsely hadir sebagai jembatan antara para ahli industri dan freelancer yang membutuhkan bimbingan serta kesempatan. Namun, interaksi yang ditawarkan platform ini tidak bersifat langsung.
“Kami mempertemukan mereka, tetapi ada standar yang harus dipenuhi. Setiap sesi tidak boleh di bawah Rp150 ribu,” ulasnya.