“Yang lain adalah karena usia, nah oleh karena itulah kami dari Perhati Cabang Sulselbar Maluku dan Papua senantiasa melaksanakan kegiatan yang baik itu tujuannya untuk dokter umum dan tenaga kesehatan yang lain ini tujuannya supaya nanti apa yang kami dapat di sini akan terus sampaikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu bahwa pentingnya deteksi dini, pentingnya deteksi gangguan pendengaran, terutama pada bayi yang baru lahir. Sehingga nantinya kita tahu jumlah penderita gangguan pendengaran dan itu bisa tertangani dengan baik nah itulan tujuan dari kegiatan-kegiatan yang kita lakukan selama ini, termasuk kegiatan kali ini,” paparnya.
Dia juga mengatakan bahwa pada Oktober mendatang, program ini akan menjadi program Kementerian Kesehatan sehingga akan dilaksanakan di 35 provinsi di Indonesia. Kegiatan pelatihan pada tenaga kesehatan dan dokter untuk deteksi atau skrining gangguan pendengaran.
“Itu juga nanti ada bantuan dari Kementerian Kesehatan, yaitu bantuan alat-alat yang digunakan untuk mendeteksi atau untuk melakukan training di masyarakat, tujuannya supaya jangan banyak kasus-kasus seperti ini dalam masyarakat yang tidak tertengani,” papar dr Masyita Gaffar.
Lebih Lanjut, dr Iin Fatimah Hanis menambahkan bahwa dengan dilakukannya deteksi dini dengan menggunakan alat tadi, bisa diketahui bayi yang lahir ini sebelum keluar dari rumah sakit karena nanti disiapkan pemeriksaan khusus itu.
Dari data-data ini akan terlapor ke Satu Sehat, laporan ini akan menjadi prevalensi berapa sebetulnya jumlah gangguan pendengaran pada bayi dan anak dengan akhirnya akan muncul nilai ini akan dipakai data oleh Kementerian Kesehatan untuk melakukan intervensi selanjutnya berupaya bagaimana rehabilitasi pendengaran tersebut, bisa juga operasi dengan alat bantu dengar, sehingga dengan demikian tidak ada lagi generasi yang sulit, karena sudah terdeteksi dari awal yang disiapkan puskesmas itu.