”Yang namanya terlambat, pasti ada konsekuensi dan tantangan tersendiri bagi para kandidat. Apalagi dengan kandidat yang belum pernah ada riwayat berpasangan, ini tentu cenderung berat mengkonsolidasikan tim sampai di tingkat bawah,” ujarnya kepada FAJAR, Selasa, 27 Agustus.
Dengan begitu, butuh kerja lebih ekstra dati PKS dan kandidatnya untuk berebut suara. Meskipun para kandidat sudah punya infrastruktur yang jelas, tetapi mengejar ketertinggalan dalam waktu yang kian mepet menjadi hal berat.
Terlebih lagi, tiga bapaslon lainnya seperti SEHATI, MULIA, dan INIMI, sudah tancap gas sejak jauh hari. Infrastruktur partai koalisi dan jaringan relawan sudah masif bergerak di masyarakat.
Sehingga, sedikit banyaknya pilihan masyarakat sudah terpola. Dengan demikian, PKS dinilai harus bekerja lebih keras untuk merebut posisi strategis dari para pesaingnya, terlebih lagi jika mereka hanya bergerak sendiei tanpa sokongan parpol lain.
”Tentu ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan paslon. Apalagi yang tiga kandidat lainnya sudah bergerak. Ini butuh kerja ekstra karena butuh saling adaptasi untuk mendongkrak elektoral,” terangnya.
Akan tetapi, ada juga keuntungan yang bisa diraih PKS. Misalnya saja bagi masyarakat yang belum menentukan pilihan atau yang belum pas dengan tiga bapaslon yang ada, maka PKS bisa masuk ke sana.
Selain itu, PKS juga dikenal sebagai partai yang militan dengan basis besar. Ditambah lagi basis tetap seperti kelompok keummatan, juga jejaring sosial para legislator mereka, sehingga dianggap cukup bagus sebagai pilihan lain masyarakat.