Dalam konteks Kota Makassar, sistem yang sama dapat dipertimbangkan sebagai list solutions selain pengembangan infrastruktur jalan, pembangunan jalur alternatif atau rekayasa lalu lintas lain-lain sebagai solusi langkah penanganan. Kemacetan yang berulang di titik, sebagaimana contoh kasus dalam tulisan ini, hanya miniatur dari beberapa titik dengan case yang sama di Makassar.
Guna mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas jalan, tetapi juga memperbaiki manajemen lalu lintas. Kemacetan lalu lintas bukan hanya menyoalkan infrastruktur fisik, tetapi juga memiliki dampak terhadap kesehatan mental masyarakat. Mereka yang terjebak macet akan mengalami stres selama berjam-jam, belum lagi kemungkinan akan kesal, marah, disertai kata-kata umpatan.
Kondisi emosional yang buruk selama di jalan, bisa jadi punya dampak ikutan yang terbawa hingga rumah atau ke tempat kerja. Meningkatnya risiko masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi akibat kemacetan selama berkendara di jalan raya ini, patut disayangkan. Belum lagi jika dihitung kerugian akibat hilangnya waktu-waktu produktif warga, hanya lantaran berada dalam kendaraan dengan durasi waktu yang panjang. Maka sudah saatnya mencari solusi komprehensif dengan pendekatan partisipatif agar tidak terbuang waktu sia-sia selama berkendara dan perjalanan menjadi menyenangkan bagi semua warga kota. (*)