English English Indonesian Indonesian
oleh

Kemacetan dan Kesehatan Mental

Oleh: Dr Sri Gusty, ST., MT / Dosen Program Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan UNIFA

Kota Makassar yang diakui sebagai salah satu pusat perekonomian dan aktivitas sosial, semakin diperhadapkan pada tantangan dinamika lalu lintas dan mobilitas warganya.

Salah satu titik kritis yang sering menyita waktu dan produktivitas masyarakat adalah di depan kantor Camat Panakkukang. Kemacetan di kawasan ini bukan hanya fenomena sesaat, tetapi telah berulang kali terjadi, mengindikasikan adanya masalah dalam pengelolaan lalu lintas di area tersebut. Mendesak akan kebutuhan rekayasa lalu lintas terhadap ruas jalan yang terhubung dengan kawasan bisnis di Panakkukang Mas, yang juga berkelindan dengan aktivitas perkantoran, keperluan lagi warga Kota Anging Mammiri ini.

Kejadian teraktual, penulis alami pada tanggal 22 Agustus 2024. Jumat sore hari, kemacetan kembali menghimpit penulis. Kejadiannya tepat di depan kantor Camat Panakkukang, sekira pukul 17.35 wita. Di jalan yang agak menanjak dan bercabang itu, penulis terjebak kemacetan selama kurang lebih 45 menit. Impact kemacetan ini, berimbas ke arah Jl. Borong Raya, Batua Raya, hingga Toddopuli Raya Timur. Jika dihitung, kendaraan mengular saat kemacetan itu mencapai 2 kilometer.

Ini bukan kali pertama. Rupanya hal yang sama pernah di-publish oleh salah satu portal berita Sindonews di tahun 2018. Dalam pemberitaan itu disebutkan, kemacetan paling sering terjadi di sore hari. Jelas sudah, potensi kemacetan atau jam sibuk terjadi saat karyawan dan pekerja pulang kantor dan ketika warga kota akan keluar menikmati sore dan malam hari. Kondisi ini bisa terjadi, karena salah satu sebabnya adalah angka pertumbuhan kendaraan yang sangat pesat. Tercatat, jumlah kendaraan di Kota Makassar, tahun 2021, sebanyak 1,7 juta unit, sementara penduduk kota ini sebanyak 1,5 juta (harianfajar.co.id).

News Feed